Pembaca

01 Februari 2013

Colt untuk Arnaw


Hari ini saya pergi ke rumah Saiful, kepala desa Palalang, Pakong, Pamekasan. Kami diundang ke sana ‘hanya’ untuk makan-makan. Dengan tiga mobil rombongan kami menyerbut; saya bawa Colt, Mamak dengan Hiace-nya, dan Malthuf membawa Hijet.

Acara semacam ini kami sebut ‘arnaw’. Kegiatan seperti ini sebetulnya sudah sering berlangsung. Kata ‘arnaw’ berawal dari sebuah ‘kasus’ di facebook, tepatnya bermula dari salah seorang teman di facebook yang mengamati perkembangan teman bersama kami. Dulu, facebook memberitakan setiap kegiatan pertemanan di beranda/wall. “Si Anu dan Si Fulan are now friend”, begitu laporannya. Saking seringnya membaca tulisan “are now”, akhirnya frase ini adaptasi saja ke dalam bahasa kami, “arnaw”. Lalu, arnaw digunakan secara arbitrer/semau-maunya, selama hal itu masih bisa dipahami oleh kami secara bersama. Akhirnya, ‘arnaw’ bisa berarti berteman, sedang ada di, makan-makan, dan seterusnya.

Hari ini adalah sejenis arnaw itu. Kami dapat undangan makan besar di rumah lurah yang sangat lucu dan masih muda itu. Pak Saiful menggantikan ke-kepaladesa-an orang tuanya yang telah menjabat 3 periode berturut-turut.

Saya termasuk orang yang biasanya selalu mengkordinasi kegiatan arnaw ini. Karena itu, saya selalu harus siap dengan kendaraan (Colt) untuk mengangkut saudara/teman yang akan bergabung, tentu sambil menjaga kemungkinan jika yang lain tidak ada yang bawa mobil. Alhmadulillah.  Colt Titos Dupolo saya ini menjadi andalan kegiatan ini selama 3 tahun terakhir. Saya sangat senang karena hal ini sesuai  dengan niat awal membeli Colt, dulu, yaitu untuk kegiatan silaturrahmi, bukan untuk yang lain.

Yang membuat kegiatan arnaw menjadi istimewa adalah karena arnaw merupakan silaturrahmi murni, bukan dalam rangka yang lain, misalnya berkumpul karena kebetuloan ada takziyah, berkumpul karena ada undangan resepsi, berkumpul sebentar karena kebetulan-kebetulan yang lain, dan seterusnya. Arnaw merupakan usaha mengembalikan semangat silaturrahmi kepada prinsipnya yang asasi. Nah, agar waktu tidak terbuang percuma dengan ngobrol dan makan, saya usul agar dalam setiap acara diselipkan kegiatan ekstra, seperti tahlilan atau shalawat, atau apalah. Selebihnya adalah ngobrol santai dan makan.

Arnaw membuat saya terseret ke masa lalu, masa di mana orang-orang tidak terlalu sibuk dan masih sangat leluasa untuk pergi bersilaturrahmi. Dengan cara seperti ini, saya merasakan betapa nikmatnya pergi silaturrahmi itu, pergi  tanpa dibebani apa-apa. Akan kebih nikmat jika sambil mengingat kehidupan zaman sekarang yang serba-sibuk dan serba-tidak sempat.

Sore itu, Pak Saiful memohon pembacaan tahlil sebelum pemukulan hadrah dan baca shalawat. Setelah itu, pesta besar dimulai. Hidangan kali ini pun tidak biasanya, yaitu bebek dalam versi goreng dan kuah sebagaia menu utama, dilanjutkan dengan makan durian dan susu degan sebagai penutupnya. Acara yang dimulai pukul 14.30 ini akhirnya berakhir pukul 16.15. Kami pulang dalam keadaan kenyang dan senang, menempuh jalan beraspal sejauh 20-an kilometer. Jalan aspal yang kontur tanahnya penuh gelombang ini rasanya seperti jalan tol saja.

Dalam perjalanan pulang ke Guluk-Guluk, di belakang kemudi, saya lalu ingat pesan nenek, dulu,  ketika saya baru membeli Colt ini. “Untuk pertama kali, Colt-mu itu hendaknya dipakai buat kegiataan silaturrahmi, dibuat pergi ke acara walimah atau ziarah haji karena sekarang musim ziarah haji. Sebab, mobil itu juga punya kebiasaan, maka hendaknya diawali dengan yang baik-baik lebih dulu.” Heran, rasanya Colt saya ini memang selalu saya gunakan untuk bersilaturrahmi, arnaw, kegiatan yang senang.












Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...