Pembaca

01 November 2015

Ke Pantai Slopeng

Kadang, adanya 1 undangan ke suatu tempat bisa saya pergunakan untuk 2-3 kepentingan sekaligus. Syaratnya tentu adanya waktu senggang dan waktu lowong.  Saya sering mengalimi dan menjalani hal semacam ini. Ibarat pepatah, “sekali medal dua-tiga tempat terlampaui”.

Suatu waktu, saya dapat undangan menghadiri acara yang diselenggarakan oleh lembaga teater UNSURI, Surabaya. Entah mengapa mereka memilih lokasi kegiatannya di pantai Slopeng. Mungkin karena pantai ini, belakangan, relatig sepi dan jarang dikunjungi pelancong. Ya,  Pantai Slopeng yang berada di pesisir utara Sumenep ini erkenal karena gunung pasirnya.

Pantai Slopeng, lama-kelamaan, kalah pamor dengan pantai Lombang yang memiliki verietas unik cemara udang. Belakangan lagi, muncul nama tujuan wisata baru, pantai Badur yang memiliki hamparan pasir putih nan bersih serta sungai kecil yang berair jernih. Mereka yang mandi di laut bisa langsung berbilas di sungai kecil. Belakangan lagi, ada nama lain: Pulau Gili Iyang dengan oksigen terbaik di dunia dan Gili Labak yang apik buat snorkeling. Namun hanya pantai Slopeng-lah yang punya gunung pasir.

Setelah entah beberapa tahun lamanya, akhinya, 25 Oktober 2015 yang lalu, saya berkesepatan sambang pantai Slopeng. Saya mengajak anak-anak dan kemenakan. Sementara saya berlaga dengan rekan-rekan teater Unsuri, anak-anak bermain pasir dan berlarian di bibir pantai. Dengan begitu, saya dapat melaksaakan tugas pada saat anak-anak juga berlibur dengan bebas.

Selama kurang lebih dua jam, acara selesai. Anak-anak pun berkemas. Kami pulang, namun lebih dulu mampir di lapangan Ambunten, arah barat dari Pantai Slopeng. Di pojok lapangan itu, setelah sebelumnya saya mencari tahu kepada penduduk setempat, terdapat penjual pentol ikan. Kami beli beberapa bungkus. Sebagian dimakan di mobil, sebagiannya dibawa pulang.

Maghrib berkumandang saat baru saja kami lepas dari Ambnunten.Akhirnya, kami mampir di tempat Qudsi, Padatar Rubaru, numpang shalat Maghrib. Eh, ternyata tuan rumah masih membonusi kami dengan minuman. Setelah menyeruput, kami pamit pulang, melintasi perbukitan Basoka, Rajun, Campaka, Sa’im, Perigi, dan akhirnya sampai di rumah setelah Isya.


 

Bretbet dan Usaha Menghindari Lampu Merah

Malam Sabtu, 6 Desember 2024   Entah karena apa, tiba-tiba mesin mobil Colt saya bretbet. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh kekurangan BBM h...