Kadang, adanya 1
undangan ke suatu tempat bisa saya pergunakan untuk 2-3 kepentingan sekaligus. Syaratnya
tentu adanya waktu senggang dan waktu lowong. Saya sering mengalimi dan menjalani hal
semacam ini. Ibarat pepatah, “sekali medal dua-tiga tempat terlampaui”.
Suatu waktu, saya
dapat undangan menghadiri acara yang diselenggarakan oleh lembaga teater UNSURI,
Surabaya . Entah
mengapa mereka memilih lokasi kegiatannya di pantai Slopeng. Mungkin karena
pantai ini, belakangan, relatig sepi dan jarang dikunjungi pelancong. Ya, Pantai Slopeng yang berada di pesisir utara Sumenep
ini erkenal karena gunung pasirnya.
Pantai Slopeng,
lama-kelamaan, kalah pamor dengan pantai Lombang yang memiliki verietas unik cemara
udang. Belakangan lagi, muncul nama tujuan wisata baru, pantai Badur yang
memiliki hamparan pasir putih nan bersih serta sungai kecil yang berair jernih.
Mereka yang mandi di laut bisa langsung berbilas di sungai kecil. Belakangan
lagi, ada nama lain: Pulau Gili Iyang dengan oksigen terbaik di dunia dan Gili
Labak yang apik buat snorkeling. Namun hanya pantai Slopeng-lah yang punya
gunung pasir.
Setelah entah
beberapa tahun lamanya, akhinya, 25 Oktober 2015 yang lalu, saya berkesepatan
sambang pantai Slopeng. Saya mengajak anak-anak dan kemenakan. Sementara saya
berlaga dengan rekan-rekan teater Unsuri, anak-anak bermain pasir dan berlarian
di bibir pantai. Dengan begitu, saya dapat melaksaakan tugas pada saat
anak-anak juga berlibur dengan bebas.
Selama kurang
lebih dua jam, acara selesai. Anak-anak pun berkemas. Kami pulang, namun lebih
dulu mampir di lapangan Ambunten, arah barat dari Pantai Slopeng. Di pojok
lapangan itu, setelah sebelumnya saya mencari tahu kepada penduduk setempat,
terdapat penjual pentol ikan. Kami beli beberapa bungkus. Sebagian dimakan di
mobil, sebagiannya dibawa pulang.
Maghrib berkumandang
saat baru saja kami lepas dari Ambnunten.Akhirnya, kami mampir di tempat Qudsi,
Padatar Rubaru, numpang shalat Maghrib. Eh, ternyata tuan rumah masih membonusi
kami dengan minuman. Setelah menyeruput, kami pamit pulang, melintasi
perbukitan Basoka, Rajun, Campaka, Sa’im, Perigi, dan akhirnya sampai di rumah setelah
Isya.