Pembaca

26 Januari 2013

Silsilah Mobil


Masyarakat Madura dikenal sebagai masyarakat yang memiliki fanatisme kuat terhadap kiai, bahkan cukup mencengangkan. Contoh, terkadang masyarakat membeli sebuah kendaraan bukan karena atas dasar entitas, melainkan juga karena alasan identitas. Sebut saja mereka membeli mobil yang pernah digunakan oleh kiai fulan sebagai prioritas, walaupun sejatinya mereka mampu untuk membeli yang baru.
Ada sebuah cerita unik.
Konon, sejak wafat salah seorang kiai kharismatik, sebut saja Kiai Muhammad, ahli warisnya hendak melepas kendaraan kesehariannya, yaitu sebuah mobil lawas Colt T-120. Lalu,  beberapa orang berebut untuk mendapatkannya. Di antara mereka adalah bahkan seseorang yang sudah mempunyai kendaraan sendiri dan lebih bagus. Ke-justru-an yang lain adalah, para calon pembeli sudi membelinya dengan harga yang lebih tinggi justru dari harga yang dibanderolkan oleh ahli waris. Keunikan yang lain adalah bahwa mobil tetap dijual dengan harga normal. Padahal, transaksi ini bukan menggunakan sistem lelang (yaitu dijual kepada penawar tertinggi). Mobil dilepas dengan jual-beli biasa.
Bukankah ada unsur yang aneh dari model transaksi di atas ini? Identitas lebih penting daripada entitas. Apa yang penting dari kisah di atas adalah bahwa 'sanad' atau silsilah kendaraan pun, jika itu berhubungan dengan kiai, akan menjadi bagian dari diskusi di wilayah keagamaan masyarakat (Madura). Mereka bangga menggantikan kendaraan atau barang bekas dari kiai. Alasannya, bagi mereka, barang itu diyakini pasti dugunakan hanya untuk yang baik-baik. Jika berupa mobil, tentu mobil tidak akan pernah dipakai untuk acara dugem; jika itu sarung, maka sarung bekas kiai itu dibuat shalat; bukan sekadar dipakai untuk kemul, selimut buat tidur dan ronda.
Tak heran, mobil pun ada riwayat dan silsilahnya. Seseorang bergairah untuk mendapatkan sebuah colt bulukan yang setelah diusut ternyata pernah dimiliki oleh (almarhum) Kiai Fawaid Asad, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo. Dengan kata lain, kendaraan itu juga menjadi kendaraan Kiai Asad Syamsul Arifin, salah satu tokoh penting terbentuknya Nahdlatul Ulama (NU). Kiai As’ad merupakan kurir Kiai Kholil Bangkalan kepada Kiai Hasyim Asy’ari di Tebu Ireng, Jombang. Jelaslah, colt tersebut digunakan untuk tujuan-tujuan dakwah dan kebaikan semata.
Saya temukan silsilah ini setelah colt berada di tangan Kiai Muzakki, yang ia beli dari Kiai Munif. Berdasarkan sanad kepemilikannya, “nasab” colt terus bersambung hingga Kiai Fawaid. BPKB model lama menjadi buku periwayatan paling sahih akan hal ini.

(teks dikutip dengan sedikit perubahan dari artikel "Kiai dan Fashion: Menimbang Sebuah Representasi" oleh M. Faizi, segera terbit di Arruz Media; foto-foto oleh Hasbul, pemilik mobil) 

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...