Pada kecepatan 80 kilometer per jam, akan terdengar bunyi alarm Titos du Polo dari balik dashboard-nya.
Saatnya konsentrasi dilipatgandakan.
Hati-hati.
Tapi, entah jika kejadiannya seperti ini?
Tidak ada sisa konsentrasi untuk telinga, semuanya tercurah untuk bentang ruas jalan di depan, pada aspal, pada kecepatan, pada nafsu untuk mendahului:
Banyak orang merasakan pengalaman tidak mengenakkan ini. Kecuali Anda punya mobil baru, mungkin sulit mengalami kejadian serupa, namun bukan berarti tidak mungkin. Mesin baru sih bisa saja tidak pernah mogok hingga beberapa ribu kilometer perjalanan, tetapi soal ban? Apakah tidak mungkin pecah? Jadi, jika Anda berjumpa mobil mogok? Mari ta’awanu, begitulah, bahu-membahu.
Suatu saat, saya pernah bawa Mitsubishi L300 dengan 5 ban yang masih baru. Karena salah parkir dekat tumpukan material, ban kiri depan kempes tertusuk paku. Waduh, sial benar. Padahal saya tidak sedang bawa dongkrak dan kunci roda karena merasa itu tak perlu mengingat kondisi ban yang anyar. Nah, bagaiaman jika terlanjur seperti itu? Capek, bukan? Beruntunglah, pertolongan segera datang.
Nah, baru saja, seorang kawan melaporkan kalau Panther-nya mogok. Akinya bermasalah. Akhirnya, ia butuh otot-otot segar buat mendorongnya. Dalam hati saya membatin, Mogok dan dorong-mendorong itu “mobiliawi”. Wajar. Emangnya, cuma Titos yang bisa mogok? Semua juga bisa demikian:-)
“Kalau tak ingin pakai acara dorong-mendorong, ya, jangan beli mobil, tapi belilah genset!”