Awal Maret 2016, saya membawa Colt ke bengkel. Tujuannya
adalah untuk skur pompa oli karena kerjanya tampak lemah. Diduga begitu karena
ia sudah menampakkan ciri-cirinya: ketika mesin dinyalakan di pagi hari, perlu
beberapa detik untuk menaikkan oli.
Begitu calter (wadah oli di bawah mesin dibuka), bengkel
lalu membongkar isi mesin dengan penuh “rasa penasaran”. Maklum, bengkel ini
sebetulnya “semi bengkel”. Ia bekerja juga karena kesenangan, terutama
memecahkan masalah-masalah rumit yang tidak bisa diselesaikan dan jika harus ganti
dengan suku cadang baru. Ia lantas menyarankan saya untuk sekalian ganti ring
dan piston.
Hah? Dari pompa oli kok sekarang pindah ke ring dan piston?
Kata dia, “Diperbarui saja, jangan nunggu rusak, kalau
memang ada duitnya.” Ring ada yang patah, piston ada yang sumbing. Ternyata
begitulah ceritanya setelah mesin dibongkar. Silakan, kata saya, pasrah. Saya
berani berkata begitu karena kebetulan saya sedang pegang duit sejuta. Cukupkah?
Kita lihat saja nanti.
Saya tanya sama pak bengkel, mau yang mana; biasa atau yang
asli? Pilih yang biasa saja, jawabnya. Cara membuatnya awet itu gampang, yaitu
dengan memperlakukan mesin secara wajar dalam bekerja. Itu saja kuncinya.
Ketika saya berangkat ke toko onderdil, dipesanlah item-item
di bawah ini. Berikut daftar belanjaan saya sekaligus harganya:
• Piston (1 set isi 4) merek ART, “0,25: Rp 282.400
• Ring Piston (1 set isi 4) Rp. 314.800
• Laher 600 2RSC Koy JB: Rp.17.200
• Rantai Kamrat: Rp.104.300
• Filter Oli: Rp.33.500
• Packing fullset merek Cery: Rp.267.900
Total belanja= Rp1.020.100. Habis sudah uangnya. Sembari
iseng, saya tanya kepada penjaga toko, “Adakah suku cadang asli di sini? Setidaknya
untuk ring dan piston…”
"Ada ,"
katanya. Akan tetapi, ring saja seharga 910.000 (1 set isi 4). Kalau yang asli,
keunggulannya adalah piston bisa beli satuan, tapi ya itu; harganya 375.000 per
biji (bandingkan dengan harga di atas).
"Ya, saya cuma mau nanya, Pak, ndak mau beli yang itu. Belinya
tetap yang ini," kata saya sambil tersenyum bahagia menahan ingin menunjuk
barang-barang yang sudah saya pesan barusan. Dan seperti halnya saat beli nasi
pecel di warung, barang-barang itu dibungkus, dibayar, dan dibawa pulang.