Ahad, 2 Desember 2018
Hari ini adalah hari penting bagi saya, terutama pengalaman
saya memiliki Colt T120. Hari ini, Colt saya mengantar pengantin, mempelai pria
yang kebetulan sepupu saya, menuju rumah mempelai putri. Rasanya, hari ini harus
masuk catatan harian dalam blog ini.
Entah sudah berapa tahun saya tidak pernah melihat adanya pasangan
pengantin yang naik Colt. Maka, kali ini adalah yang pertama dari sekian lama
itu. Tentu saja, pengantin dan kedua orangtuanya sudah setuju jika mempelai
pria tidak akan naik sedan—seperti kebiasaan masyarakat di sini. Kali ini,
mempelai pria naik mobil penumpang, wagon, Colt T120.
Di tahun 1980-an, konon, adalah pemandangan biasa Colt jadi
angkutan penumpang tetapi sekaligus juga untuk mengantar pengantin. Jika tidak
ada Mercy atau Holden, maka biasanya mempelai naik Colt. Sudah lama saya
membayangkan suasana 80-an itu terjadi lagi searang, di era milenial. Ternyata,
pengalaman itu benar-benar terjadi, 38 tahun setelah mobil ini berkeliaran di
muka bumi.
Pukul 07.21 kami baru keluar dari pekarangan. Saya agak
ketar-ketir sebab biasanya perjalanan dari Guluk-Guluk ke Sampang itu memakan
waktu satu jam setengah jika sendirian dan dengan kecepatan 60-70 km/jam. Sementara
ini kami akan konvoi, pasti kami akan tiba telat di sana. Sesuai waktu yang
disepakati, rombongan dari Sumenep diharap tiba di Sampang sebelum pukul 09
pagi karena acara/undangan yang terjadwal adalah pukul 09.00.
Saya diuntungkan karena bensin isi seperempat sehingga saya
langsung menuju sampang (kira-kira 65 km) tanpa harus berhenti lagi. Berasa
heran saja karena mobil-mobil Innova, Kijang, CRV, pada mengawal kami di
belakang. Saya memacu mobil dengan kecepatan rata-rata 75 km/jam (yang penting buzzer
tidak sampai bunyi).
Selamat, akhirnya saya sampai di Tanglok, dekat masjid Du’
Latteng, menjelang kota Sampang, pada puku 9 kurang 10 menit, masih aman. Di situ,
sebagian penumpang mobil ada yang pipis, ada yang merokok, sedangkan saya
memasang bunga besar di gril karena bunga dan hiasan lainnya sudah dipasang
sebelum berangkat, tadi, sewaktu masih di rumah. Dari sana, kami dikawal oleh
empat orang bersepeda motor, menuju lokasi.
Ini adalah pengalaman pertama naik mobil yang diiringi oleh
banyak mobil yang lain, menjadi pusat perhatian, berasa jadi peragawan yang
berjalan pelan di atas catwalk.