Colt Gen-1, 1969, Wida Tri Bowo |
Masa produksi Colt hanya 12 tahun, sejak pertama kali diproduksi pada tahun 1968 (sebagian versi menyatakan 1969) dan berakhir di tahun 1980 (namun penjualan/pemakaian hingga tahun 1981). Nyatanya, fakta di lapangan, produk Jepang itu baru bisa tiba di Indonesia pada tahun 1969 dan mulai beredar di jalanan tanah air—secara umum—pada tahun 1970-1971. Kalaupun ada yang beredar di tahun pertama dan tahun kedua produksi, mungkin juga tidak banyak.
Colt Delica, built-up, funjapan.com |
Adapun generasi pertama varian kedua dibukukan pada tahun 1971.
Yang membedakannya adalah; lampu sein model rata beralur dan dibungkus gril
sederhana, berbentuk memanjang (Masyarakat kita kadang menyebut “gril” dengan
sebutan “kumis”). Adapun pada generasi pertama varian pertama, lampu seinnya
lebih kecil dan menonjol, sedikit menyudut di kanan dan kiri pojok kabin.
Perbedaan lainnya tidak kentara.
Di negeri asalnya, Colt disebut Delica (kependekan dari “delivery
car”) dengan dua varian, pick-up dan station wagon. Namun, Delica station wagon
(orang Indonesia menyebutnya stesen) yang diimpor utuh (CBU) ke Indonesia
ketika itu jumlahnya tidak banyak. Di antara yang sedikit itu umumnya digunakan
oleh BKKBN untuk kampanye KB keliling desa demi desa (juga digunakan kendaraan
dinas Camat, bersanding dengan VW Safari, warnanya identik oranye). Namun, Colt
yang digunakan Camat umumnya generasi kedua varian kedua alias edisi terakhir).
Delica CBU berbeda dengan kebanyakan Colt stesen yang ada di tanah
air yang notabene merupakan hasil karya garapan pabrik karoseri yang dibangun
dari sasis pick-up. Delica jenis ini menggunakan pintu geser di samping dan
hatch-back di pintu belakang. Mekanik sliding (geser) dan engsel hatch-back-nya
persis VW Combi. Kaca kabinnya tidak begitu lebar (juga mirip Combi). Sedangkan
lampu stopnya memanjang ke bawah dan berada di pojokan (mirip Chevrolet
Trooper/LUV), berbeda sama sekali dengan seluruh varian & generasi Colt
T100 maupun T120. Namun, sejak turunnya Surat Keputusan nomor 25/74, tertanggal
22 Januari 1974, mobil CBU—menurut Arkadius Anggalih, tahun 1974, di BPKB Colt
masih ada yang terbukukan sebagai CBU—jenis sedang dan station wagon dilarang
masuk kecuali dalam wujud wajib CKD (Completely Knock Down). Sebab itulah, Colt
Delica kadang disebut juga sebagai “Combi Jepang”.
Colt milik Bambang Legowo di Jiexpo 2019 |
Kiranya, kehadiran Colt pick-up (“pikap” atau “bak terbuka”) inilah yang menjadi ladang pengembangan kreasi perusahaan-perusahaan karoseri di Indonesia untuk seterusnya dibentuk menjadi stesen. Adapun karoseri yang membidik pangsa pasar ini cukup banyak, di antaranya adalah: Internasional (yang paling populer, tapi sekarang perusahaannya sudah tidak ada), Podo Joyo, Adi Putro, Indonesia Jaya, Langgeng, ABC, New Armada, Raden, Dwi Bhakti, Tanaking, Sumber Mulya (Bandung), Darma Karya, Berlian Indah Motor, Morning Star (ketiganya di Jakarta). Karoseri Permorin, konon, pernah membuat stesen berbasis Colt ‘Bagong’ (dan Minicab) dengan dua pintu geser (sliding).
Colt Double Cabin (Pak Broto) & Bagong Ijo (Pak Iman) |
Beberapa bengkel karoseri mencoba
kreasi dengan tidak hanya membuat bagian kaca samping dan belakang, melainkan
“lebih berani”, yakni merombak bagian depan. Di antarana adalah dengan
mengganti gril dengan milik Toyota Corona, berikut lampu kotaknya. Ada juga
yang menggunakan lampu Mercy Tiger. Umumnya, pemakaian seperti ini sepaket
dengan lampu belakangnya.
Bagian eksterior Colt, terutama
buritan, banyak mengadopsi lampu dan bemper Corona, Corolla, dan Honda Civic
(yang sesuai dengan masanya, tahun 1978-1980). Karoseri Internasional, yang
paling ngetop di kala itu, menggunakan lampu ekor milik Mazda 808,
sampai-sampai ada orang yang beranggapan bahwa itulah lampu ‘asli’ dari Colt
T120 stesen. Pelanggan karoseri Podojoyo dan Adiputro yang lampu ekornya minta
dipasangi milik MercyTiger—di zaman itu—harus merogoh kocek Rp250.000 lagi
karena harga suku cadang yang memang lebih mahal.
Sementara pada bagian kaca samping
dan belakang, ada yang menggunakan dua pilar, tapi yang umum satu saja, yakni
pilar sekaligus penyangga pintu tengah. Bentuk kacanya melengkung meskipun ada
juga yang menggunakan kaca datar. Adapun kaca belakang relatif sama, tapi ada
juga yang menggunakan kaca depan. Jadi, kaca depan dan belakang sama persis.
Sedangkan interior generasi pertama dan generasi kedua Colt T120
relatif sama. Dasbor dan panel meter sewarna hitam dengan panel ganda bermodel
bulat untuk spidometer dan kontrol temperatur, bensin, cas batere/aki,
dan oli. Pedal kopling dan rem model injak (mirip truk Mercedes-Benz 911 atau
VW Kodok). Varian berikutnya ada perubahan pada panel, yakni berbentuk kotak
ganda namun tetap berwarna hitam.
Colt Pak De Budiono, a/n tangan pertama |
Baru pada tahun 1978 ada perubahan lagi. Sejak tahun itu, generasi
kedua varian kedua ini mengalami perubahan final hingga pemutusan rantai
produksi di tahun 1981 dengan beberapa perubahan. Perubahan itu di antaranya
adalah; lampu fog warna kuning dipasang di luar bemper; odometer berbentuk
kotak ganda berwarna cokelat; tujuh digit angka pada odometer (enam angka untuk
ratusan; satu angka untuk puluhan meter [untuk suku cadang asli menggunakan
total enam digit untuk odometer dan tanpa buzzer alarm untuk
kecepatan 80 km/jam]); pedal rem dan kopling menggunakan model gantung; ada
penambahan pilar dan penambahan kaca segitiga.
Colt Pariwisata "Titosdupolo", milik saya :D |
Sekian dan terima kasih. Koreksi
jika salah.
Esai saya yang lain tentang Colt, yang rada beda, klik di sini
M. Faizi (admin blog)
Sumber:
1.
James
Luhulima, Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri ini,
Buku KOMPAS, 2012
2.
PT
Krama Yudha Tiga Berlian Motors, Buku Petunjuk Bagi Pemilik
Mitsubishi Colt T120, tanpa tahun
5.
Wawancara
dengan Bambang Legowo, Arkadius Anggalih, Wida Tri Bowo, Hertanto Wibowo, H.
Fathor, dll.