Pembaca

29 Oktober 2023

Kopdar Colt T120 Triwulan Korwil Jatim di Bangkalan

Acara kopdar triwulan Colt Jawa Timur diletakkan di Madura. Penyelenggaranya adalah MCT 120 & BMC. Saya diundang hadir oleh Mas Sugeng (Mas Erwien mengingatkannya lagi tadi malam). Acaranya adalah hari ini, 29 Oktober 2023, yang sayangnya, kegiatan saya di hari Ahad ini  ada empat, berjauhan pula tempatnya: walimah Maulidia & Wardani, Rizal dan Rofi di Payudan dan Nangger (Guluk-Guluk), acara seminar  IAA di Hotel Elmi (Surabaya), dan kopdar triwulan di Warung Pote (Poter, Bangkalan). Dan semua acara itu terjadwal pukul 08.00 WIB.


Selesai menghadiri dua acara pertama, saya pulang duluan, tidak bareng ibu dan saudara yang juga hadir. Saya sudah mewanti-wanti dengan cara membawa sepeda motor agar bisa segera berangkat ke Bangkalan. Pukul 09.52 saya baru bisa keluar dari pekarangan rumah dan menghampiri Anam dan Cak Badi di Pakamban. Habis itu, kami cus ke barat.

Di jalanan yang lumayan padat, kami melaju santai, biasa saja, tidak ngoyo, karena sudah yakin tidak bakal nututi acara, lebih-lebih ada aral perbaikan Jembatan Klampis. Kemacetan di sana minimal 30 menit, atau satu jam kalau apes, bahkan bisa lebih.


Benar ternyata, kami kena macet 30 menitan lebih. Rasanya, matahari berada di ketinggian sepenggalah saja di atas kepala, sejenis pengantar imajinasi untuk membayangkan suhu di Padang Mahsyar, kelak. Ngeri sekali dampak perubahan iklim ini, Kawan. Tigapuluh menit itu tergolong lumayan lama ketimbang satu jam, yakan?

Di Galis, saya berpapasan dengan Kuryadi dan tak jauh di belakangnya ada Ainur Rofiqi. Kuryadi kasih aba-aba lampu proji-nya, Ainur pakai isyarat klakson.

"Wah!" saya berseru, "ini pertanda bahwa banyak kawan yang sudah meninggalkan lokasi, termasuk Pak Benta dan Mas Fadli."
"Apa sudah selesai?" tanya Anam yang berperan sebagai pengemudi."Sepertinya sudah." Saya menduga-duga.  "Tidak apa-apa, lanjut kita."

Akhirnya, kami tiba di sana pada saat orang tidak sedikit. Kami bertemu dengan kawan-kawan panitia dari Bangkalan, makan, basa-basi. tidak perlu berlama-lama di sana karena urusan sudah selesai, paling hanya 25 menit saja kami di Warung Pote. Setelah itu, kami pamit pulang. 

Kami melaksanakan shalat asar dan duhur di Masjid Baiturrahman, Dumajah, supaya pulang ke timur sudah lepas dari tanggungan kewajiban paling prinsip ini. Masjid ini tak berada jauh di timur Warung Pote. Malam Sabtu kemarin, 27 Oktober 2023, saya juga mampir shalat di sana.


Saya membawakan pulang titipan Khatir, berupa 5 kursi lipat buatan mebel Sunan Kalijaga Ngawi dan juga batu-batu Merapi yang dibawa oleh Pak Benta untuk saya letakkan di halaman rumah. Semua itu masih terangkut di dalam kabin dan tanpa perlu menaikkannya ke rak atas. Atas pertimbangan ini pula, rasanya melanjutkan perjalanan ke Surabaya demi setor muka kepada kawan-kawan IAA (Ikatan Alumni Annuqayah) yang berkongres dan berseminar di Hotel Elmi hari ini sudah tidak memungkinkan lagi.


Saat pulang, di jembatan Jrengik, kami kena macet lagi, pake acara dua tahap pula, duh. Antrian dari timur alamaaaak panjangnya. Ekor antrian sampai di pertigaan Torjun arah Pangarengan, sekitar 3 kilometer. Saya merenung, jika bukan karena alasan silaturahmi dan menyambut baik undangan mereka, maka perjalanan sejauh 118 km x 2, berjibaku dengan suhu udara yang teriknya masya Allah, serta kemacetan panjang di Jembatan Klampis Jrengik akan terasa percuma saja.

Bretbet dan Usaha Menghindari Lampu Merah

Malam Sabtu, 6 Desember 2024   Entah karena apa, tiba-tiba mesin mobil Colt saya bretbet. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh kekurangan BBM h...