Buku saya kali ini, Tirakat Jalanan, adalah buku tentang bagaimana kita semestinya mendukung ketertiban berlalu lintas berdasarkan kaidah-kaidah fikih. Yang saya lakukan sepintas tampak cocokologi saja dengan cara menggunakan sebagian kaidah usul fikih yang dipas-paskan supaya dapat diterpakan pada peraturan dan ketertiban berlalu lintas. Nyatanya, ia bukanlah semata cocokologi, tapi memang benar demikian adanya. Jika kita berkomitmen untuk patuh dan taat kepada aturan ulil amri (pemerintah, dalam hal ini Kepoliosian dan Dishub) selagi mereka memang benar dan proyeknya untuk kemaslahantan umum, maka itu juga tanda ketakwaan kita sebagai hamba.
Awalnya, buku ini merupakan kumpulan esai. Dalam beberapa waktu terakhir, kita kira 2-3 tahun lamanya, saya menulis beberapa esai tentang jalan raya dan pernak-pernik hukum yang melingkupinya berdasarkan tinjauan fikih. Ada juga beberapa butir yang lebih dekat dengan masalah tasawuf, misalnya saat membahas etika dan ketaktawaan pribadi di jalan raya. Lalu, esai-esai dilebur kembali dan dijadikan ‘adonan’ baru untuk dicetak ulang, maka jadilah buku utuh. Artinya, buku ini bukanlah buku kumpulan esai, tapi satu rangkaian pemikiran yang dimulai oleh pendahuluan, ulasan, dan diakhiri penutup alias kesimpulan.
Saya tidak menargetkan buku ini terbit segera, namun karena ada momentarum di PP Salafiyah Syafiiyah Sukorejo (yaitu seminar tentang penggunaan jalan desa sebagai lahan parkir), saya meminta penerbit Diva Press untuk menggarapkanya segera karena buku tersebut akan dibawa dan didiskusikan di sana. Penerbit gerak cepat setelah saya pastikan kepada mereka bahwa editing sudah saya lakukan sebanyak 3 kali. Artinya, rintangan penerbit yang biasanya di kendala penyuntingan sudah teratasi. Begitulah saya memberikan jaminan. Toh, andaipun ditemukan kesalahan ketikan pada akhirnya, itu tidak seberapa. Memang, dalam buku yang lain, saya sangat teliti dalam menyunting, sangat sayang kalau sampai ada kesalahan, tapi kali ini ada bolongnya juga.
Uniknya, Alfin Rizal, sang desainer sampul, mengerjakan kover sangat cepat. Dan yang lebih unik lagi ia memasukkan Colt di sampul tersebut. Entah dia dapat dari mana gambar ini, kok bisa? Begitu saya bertanya. Saya kagum karena idenya bisa klop, bisa nyambung dengan Colt saya sehingga makin mantaplah keyakinan untuk segera menerbitkannya.
Selain buku non-bonafid yang terbit sebelumnya “Colt Pariwisata” (berisi cerita perjalanan saya naik Colt), buku ini adalah buku saya yang memasukkan Colt ke dalam sampulnya.
Pembaca
Langganan:
Postingan (Atom)
Bretbet dan Usaha Menghindari Lampu Merah
Malam Sabtu, 6 Desember 2024 Entah karena apa, tiba-tiba mesin mobil Colt saya bretbet. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh kekurangan BBM h...
-
Keluhan yang kerap dirasakan oleh pemilik colt T 120 adalah soal konsumsi bahan bakar. Mereka mengeluhkan ini karena soal boros. Mengapa? J...
-
Setelah beberapa kali membersihkan karburator sendiri dengan bantuan teman, akhirnya saya berhasil membersihkan karburator dengan tangan ...
-
Hampir semua ruas jalan di tempatku diaspal, dan mungkin lebih 80% di antaranya sudah menggunakan aspal hotmix. Mengutip perihal kemajuan in...