Karena sudah tidak mempan lagi ditambal sulam, akhirnya knalpot colt Titos-ku ini diganti. Saya beli merek Matahari, produksi (Malang). Harganya Rp 130.000. Murah, bukan? Harga ini memang terhitung murah dibandingkan dengan knalpot produks yang sama untuk Suzuki Carry 1.0, yaitu Rp.190.000.
Setelah dipasangi muffler agar mirip knalpot Mercy, knalpot saya pasang. Nah, tadi malam, sewaktu kami bawa pergi untuk doa bersama/tahlilan, persis di tanjakan Panguray, kira-kira berjarak 1500 meter dari rumah, tersebar bau hangus masuk ke kabin. Kelihatannya kabel terbakar. Dengan sigap dan secepat saya tepikan mobil ke kiri dan mematikan mesin. Tapi, ternyata, bau hangus masih tetap ada. Maka, berdasarkan pengalaman yang lalu, segera saya ambil langkah paling aman: membuka jok pengemudi dan mencopot kelam/klem aki.
Agar tujuan pergi tahlil tetap terlaksana, mobil saya titipkan di rumah Haji Nahrawi, di sekitar situ, dan kami diangkut oleh Pak Jauhari dengan Carry-nya yang kala itu segera saya hubungi. Di atas mobil, saya ceritakan semua peristiwa itu kepada Pak Jauhari. Eh, malah dia tertawa, “Ya, itu karena knalpot baru. Memang begitu, cat knalpot yang terbakar itulah yang menyebabkan bau..” Saya ditertawakan oleh penumpang yang lain atas peristiwa tegang yang lucu ini.
Pagi tadi, saya ambil mobil di Haji Nahrawi (beliau adalah sopir mobil pesantren Annuqayah generasi awal; memiliki ciri unik dan antik, yaitu ke mana-mana selalu pakai terompah kayu, meskipun buat menginjak pedal gas, rem, dan kopling). Sebelum saya bawa pergi, mesin dinyalakan dan benar tidak ada apa-apa. Mungkin, kalau diperhatikan lebih dekat, hanya cat perak/silver knalpot yang tampaknya sedikit memudar warnanya.
Catatan: suara knalpot produksi "Matahari" ini agak mendengung, barangkali disebabkan oleh lapisan peredam yang kurang berlapis. Ya, maklum, harga juga murah