Hari ini saya pergi ke rumah Saiful, kepala desa Palalang,
Pakong, Pamekasan. Kami diundang ke sana
‘hanya’ untuk makan-makan. Dengan tiga mobil rombongan kami menyerbut; saya
bawa Colt, Mamak dengan Hiace-nya, dan Malthuf membawa Hijet.
Acara semacam ini kami sebut ‘arnaw’. Kegiatan seperti ini
sebetulnya sudah sering berlangsung. Kata ‘arnaw’ berawal dari sebuah ‘kasus’
di facebook, tepatnya bermula dari salah seorang teman di facebook yang
mengamati perkembangan teman bersama kami. Dulu, facebook memberitakan setiap kegiatan
pertemanan di beranda/wall. “Si Anu dan Si Fulan are now friend”, begitu laporannya.
Saking seringnya membaca tulisan “are now”, akhirnya frase ini adaptasi saja ke
dalam bahasa kami, “arnaw”. Lalu, arnaw digunakan secara arbitrer/semau-maunya,
selama hal itu masih bisa dipahami oleh kami secara bersama. Akhirnya, ‘arnaw’
bisa berarti berteman, sedang ada di, makan-makan, dan seterusnya.
Hari ini adalah sejenis arnaw itu. Kami dapat undangan makan
besar di rumah lurah yang sangat lucu dan masih muda itu. Pak Saiful menggantikan
ke-kepaladesa-an orang tuanya yang telah menjabat 3 periode berturut-turut.
Saya termasuk orang yang biasanya selalu mengkordinasi
kegiatan arnaw ini. Karena itu, saya selalu harus siap dengan kendaraan (Colt)
untuk mengangkut saudara/teman yang akan bergabung, tentu sambil menjaga
kemungkinan jika yang lain tidak ada yang bawa mobil. Alhmadulillah. Colt Titos Dupolo saya ini menjadi andalan kegiatan
ini selama 3 tahun terakhir. Saya sangat senang karena hal ini sesuai dengan niat awal membeli Colt, dulu, yaitu untuk
kegiatan silaturrahmi, bukan untuk yang lain.
Yang membuat kegiatan arnaw menjadi istimewa adalah karena arnaw
merupakan silaturrahmi murni, bukan dalam rangka yang lain, misalnya berkumpul karena
kebetuloan ada takziyah, berkumpul karena ada undangan resepsi, berkumpul sebentar
karena kebetulan-kebetulan yang lain, dan seterusnya. Arnaw merupakan usaha mengembalikan
semangat silaturrahmi kepada prinsipnya yang asasi. Nah, agar waktu tidak
terbuang percuma dengan ngobrol dan makan, saya usul agar dalam setiap acara diselipkan
kegiatan ekstra, seperti tahlilan atau shalawat, atau apalah. Selebihnya adalah
ngobrol santai dan makan.
Arnaw membuat saya terseret ke masa lalu, masa di mana orang-orang
tidak terlalu sibuk dan masih sangat leluasa untuk pergi bersilaturrahmi. Dengan
cara seperti ini, saya merasakan betapa nikmatnya pergi silaturrahmi itu, pergi
tanpa dibebani apa-apa. Akan kebih nikmat
jika sambil mengingat kehidupan zaman sekarang yang serba-sibuk dan serba-tidak
sempat.
Sore itu, Pak Saiful memohon pembacaan tahlil sebelum
pemukulan hadrah dan baca shalawat. Setelah itu, pesta besar dimulai. Hidangan
kali ini pun tidak biasanya, yaitu bebek dalam versi goreng dan kuah sebagaia
menu utama, dilanjutkan dengan makan durian dan susu degan sebagai penutupnya. Acara
yang dimulai pukul 14.30 ini akhirnya berakhir pukul 16.15. Kami pulang dalam
keadaan kenyang dan senang, menempuh jalan beraspal sejauh 20-an kilometer. Jalan
aspal yang kontur tanahnya penuh gelombang ini rasanya seperti jalan tol saja.
Dalam perjalanan pulang ke Guluk-Guluk, di belakang kemudi, saya
lalu ingat pesan nenek, dulu, ketika saya
baru membeli Colt ini. “Untuk pertama kali, Colt-mu itu hendaknya dipakai buat kegiataan
silaturrahmi, dibuat pergi ke acara walimah atau ziarah haji karena sekarang
musim ziarah haji. Sebab, mobil itu juga punya kebiasaan, maka hendaknya
diawali dengan yang baik-baik lebih dulu.” Heran, rasanya Colt saya ini memang selalu
saya gunakan untuk bersilaturrahmi, arnaw, kegiatan yang senang.
Duh, durian, emanah, tak nuro'......tageppok sama mulotan.hahaha
BalasHapusMemang jaman dahulu kalo dipikir2 .memang menyenangkan. orang2 belum terlalu sibuk dgn pekerjaan. jangankan internet, telpon kabel sj adanya di kantor kecamatan,model engkol. kekeluargaan jg lebih erat, jadi kangen dulu pas lebaran sekeluarga diajak naik Colt kakek,berkunjung ke sanak saudara.sayang nasib colt kakek,skrg cuma jadi seonggok besi tua :(
BalasHapusMemang jaman dahulu kalo dipikir2 .memang menyenangkan. orang2 belum terlalu sibuk dgn pekerjaan. jangankan internet, telpon kabel sj adanya di kantor kecamatan,model engkol. kekeluargaan jg lebih erat, jadi kangen dulu pas lebaran sekeluarga diajak naik Colt kakek,berkunjung ke sanak saudara.sayang nasib colt kakek,skrg cuma jadi seonggok besi tua :(
BalasHapusMemang jaman dahulu kalo dipikir2 .memang menyenangkan. orang2 belum terlalu sibuk dgn pekerjaan. jangankan internet, telpon kabel sj adanya di kantor kecamatan,model engkol. kekeluargaan jg lebih erat, jadi kangen dulu pas lebaran sekeluarga diajak naik Colt kakek,berkunjung ke sanak saudara.sayang nasib colt kakek,skrg cuma jadi seonggok besi tua :(
BalasHapus@Gunawan: senang karena telah bisa membuat Anda kembali ke masa kanak-kanak, masa yang sangat indah karena masih polos dan penuh ketulusan...
BalasHapus