Pembaca

11 Oktober 2014

Undangan Manten


Perjalanan pagi ini (Kamis, 9 Oktober 2014) adalah perjalanan ke Lebeng Timur, kecamatan Pasongsongan. Saya dan beberapa sanak keluarga bersiap hadir menuju undangan selamatan pernikahan Muslimah (nama orang). Perjalanan terkesan agak terburu-buru karena saya terlambat; baru berangkat ketika rombongan mobil yang satunya (L300) sudah berada di Pregi, kira-kira 6 kilometer di depan. Kami berangkat pukul 06.30; 45 menit telat dari jadwal yang direncanakan.

Dalam perjalanan itu, saya dihantui rasa cemas karena 5 hari sebelumnya, Colt saya baru saja dibawa oleh Paman ke Sidogiri (Pasuruan) dan mengalami beberapa kali masalah pada suplai bensin; pompa bensin tersendat di waktu mesin panas dan stasioner, seperti penyakit yang lalu-lalu. Padahal, sejak beberapa bulan lamanya, masalah ini tidak pernah kambuh. Kok, ya, tumben saja ketika dibawa pergi jauh oleh si paman, eh, kumat lagi.

Saya sadar, perjalanan ke Lebeng itu akan menghadapi jalan rusak yang dapat dijelaskan dengan “pada bagian tertentu, kita harus berjalan dengan gigi 1 yang kecepatannya nyaris sama dengan orang berjalan kaki”. Tentu saja saya waswas, takut mengalami kejadian serupa yang dialami sang paman , terlebih pada perjalanan kali ini saya akan menghadiri acara walimah pernikahan di siangnya, pukul 10.00, meskipun letaknya tak jauh dari rumah saya: dua acara dalam setengah hari.

Ternyata, acara selamatan Muslimah itu berlangsung sangat singkat. Acara ini tergolong acara min-amin pandek, yakni acara syukuran pernikahan yang sangat singkat; mencakup pembukaan dengan pembacaan Al-Fatihah, pembacaan shalawat, doa, lalu makan dan bubar. Setelah itu, kami pun pulang. Berdasarkan data GPS by Garmin yang saya bawa (milik adik), data perjalanan kami pagi ini adalah 33 kilometer pergi-pulang.

* * *

foto oleh Moh Khatibul Umam (MKU)
Esoknya, Jumat 10 Oktober 2014, saya kembali menghadiri undangan pernikahan, mengantar mempelai putri yang kebetulan sepupu ibu saya ke daerah Pancoran, Kadur, Pamekasan. Jarak dari rumah saya ke lokasi berkisar 29 kilometer (hitungan tanpa GPS) untuk sekali jalan. Kami berangkat bersama rombongan mempelai wanita dari Guluk-Guluk pada pukul tujuh pagi lewat sedikit.

Dalam perjalanan itu, posisi (Colt) saya berada di posisi tengah dari mobil penganten, yang terdepan, yaitu Mercy 300E. Meskipun pada saat hendak berangkat saya kembali dihantui perasaan cemas, takut mengalami mogok seperti yang dialami paman, ternyata perjalanan lancar-lancar saja. saya membatin, rupanya mogok itu sangat mudah membuat trauma. Sebetulnya, saya sudah memasang pompa bensin elektrik di mobil. Namun, karena waktu yang tidak cukup, saya belum sempat mengganti selang bensin dari pompa manual (membran) ke pompa elektrik itu.

Yang saya khawatirkan dalam perjalanan kali ini bukanlah karena jalan yang rusak sebagaimana perjalanan sebelumnya ke Lebeng Timur, melainkan karena perjalanan kali ini adalah perjalanan berkonvoi, iring-iringan panjang. Kemungkinan, masih ada sektiar 20-an mobil di belakng Colt saya yang bernomor urut ke 14. Lebih dari itu, medan perjalanan akhir menuju lokasi di Pancoran Barat itu adalah tanjakan terjal dan sudah pasti jalannya akan melambat. Bagaimana jika mobil berjalan tersendat dan pompa bensin mendadak macet di tanjakan? Itulah kekhawatiran saya.

Benar, seperti sudah saya duga, menjelang lokasi parkir, di saat iring-iringan mobil mengular dan berjalan sangat lambat, tercium bau hangus kampas kopling. Saya tidak yakin, bau itu bersumber dari Colt, dan entah dari mana sumbernya. Sebab, meskipun iring-iringan mobil itu diikuti oleh mobil-mobil yang rata-rata bertahun produksi pasca-2000, tapi soal kampas kopling memang tak pilih mobil dan tak pilih tahun. Mobil baru pun bisa saja terkikis kampasnya kalau tidak sambil mengombinasakan jeda dengan handrem, pada posisi jalan menanjak dan dalam kondisi macet (perhatikan cerita perjalanan yang ini: Macet di Bawen)

Akhirnya, bersama rombongan yang lain, kami dan semua romongan tiba di lokasi yang berada di dataran tinggi itu dalam keadaan selamat. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kopdar Triwulan di Blitar

Jarak dari rumah saya ke Blitar itu jauh. Kesannya begitu, bahkan lebih jauh daripada perjalanan saya sebelumnya, ke Banyuwangi. Tapi, ini h...