Menjelang Ramadan dan menjelang Lebaran adalah dua momen penting bagi orang Madura. Puncaknya terutama terjadi pada H-1. Masyarakat Madura umumnya sangat sibuk pada kedua saat itu. Menjelang puasa, masyarakat menyiapkan beberapa hal untuk persiapan berbuka dan sahur. Karena buka dan sahur merupakan bentuk perubahan jadwal makan, yakni perubahan waktu makan pada bukan pada waktu yang biasanya, orang-orang cenderung memilih makanan dan menu yang baru dan cenderung enak. Mereka berbelanja macam-macam.
Dapat diduga, perputaran uang pasti akan tinggi pada dua momen ini, baik bagi komunitas muslim secara umum dan juga orang Madura secara khusus. Orang bermodal bisa sangat baik memanfaatkan dua situasi ini untuk meraup keuntungan.
Menjelang puasa, apalagi bertepatan dengan hari pasaran, akan pula mengubah situasi jalan raya. Orang-orang pada keluar dan berbelanja. Sungguh kebetulan sekali karena saya juga termasuk di antara mereka. Kebetulan, saya dan ibu sedang pergi takziyah ke Lenteng, pas di senja hari terakhir sebelum puasa, 1437 (5 Juni 2016). Kebetulannya lagi, kami melintasi pasar Lenteng menjelang Maghrib.
Saya tidak cemas karena saya pikir pasar sudah bubar seperti biasanya. Eh, malah macet panjang terjadi di sana. Biasanya, di hari-hari biasa, pasar Lenteng memang macet di hari pasarannya, yaitu hari Minggu. Nah, kali ini dobel; sudah hari Minggu, pas nyambut puasa lagi. Macetnya pun dua kali lipat.
Mobil berjalan secara beringsut. Bosan rasanya, apalagi hari baru saja gelap, baru Maghrib. Mana lagi masih berpikir sebentar lagi mau tarawih. Lengkap sudah kegalauan kami. Iseng-iseng saya telepon Rocky, seorang kawan penggemar Colt yang meskipun rumah kami tak begitu jauh, hanya diperantarai jarak 15-an kilometer, namun tak saling mengenal kecuali lewat grup penggemar Colt yang ada di Facebook. Tujuan saya adalah curhat, melaporkan kemacetan pasar yang secara kebetulan berada di depan rumahnya.
Tanpa dinyana, Rocky datang dan menemani saya, mengawal saya. Ia bahkan juga membantu mengurai kemacetan, seperti menyetop sepeda motor yang ngeblong buka jalur saat ada kendaraan masuk dari lawan arah, dari arah depan. Dasar orang Madura (dan mungkin juga dasar manusia-tak-tertib pada umumnya), mereka main terabas saja. Apalagi hanya anak remaja seperti Rocky ini yang mangatur, bahkan petugas pun kadang tak digubris. Nekat saja pengendara-pengendara itu melawan arus. Masih untung cuma sepeda motor, tidak terbayangkan jika mobil yang melakukannya sebagaimana saya pernah lihat secara langsung selama beberapa jam di Bawen, Jawa Tengah.
Hingga akhirnya, saya dan Colt pun terbebas dari kemacetan di pertigaan selatan pasar, depan polsek Lenteng. Saya pamit kepada Rocky dengan bertabik dan membunyikan klakson tipis saja sebagai tanda terima kasih. Rocky pun kembali, entah ke mana, barang kali pulang ke rumahmnya. Ah, betapa senangnya punya kenalan yang kesan pertamanuya begitu mempesona.
Terima kasih, Rocky. Keep on rockin’
Sama sama pak Faizi, di sini sekarang lagi macet, menjelang buka puasa, orang orang pada keluar rumah untuk membeli takjil dan jajanan, salam colt t120 lovers
BalasHapusdanke banyak, Rocky
BalasHapusOke pak, :D
BalasHapusabsen pak faizi...sugeng riyadi sedoyo kalepatan nyuwun pangapunten ......wah luar biasa, bapak punya teman mas rocky seperti saudaran yg bisa membantu di kala pas di butuhka
BalasHapusMakasih, Mas Bambang. Kembali maaf, kembali fitri
BalasHapusSy ingin tahu berat keseluruhan mobil titosdupolo ini ketika kosong berapa ya? Yg station bkn pickup...
BalasHapussaya tidak tahu, apalagi berat bersih "asli" Colt saya karena sudah begitu banyaknya dempul. mungkin bisa dilakukan dengan cara bawa sebungkus Apache atau Surya 12 lalu bawa masuk ke Jembatan Timbang, cuma saya males
BalasHapus