Pembaca

04 September 2017

Mengapa Kita Gemar Melanggar?




Entah apa yang dipikirkan oleh orang-orang ini. Lampu lalin menyala merah, bahkan masih dilengkapi juga dengan pesan “sabar menunggu: HIJAU baru jalan” (mungkin karena terlalu sering dilanggar), tapi tetap saja mereka menerobosnya.

Kejadian ini di siang hari, lho. Soalnya, sebelumnya yang selalu saya perhatikan di malam harinya saja, di tempat yang sama. Awalnya saya kaget karena tidak ada satu pun yang ikut-ikutan berhenti di samping atau belakang saya. Semua kendaraan menerobos. Lama-kelamaan, rasanya diri ini kayak orang gila karena hanya sendirian yang diam begitu saja.

Lihat dalam video ini, tidak satu pun kendaraan yang berhenti di lajur sebelah kanan saya (karena saya berada di sisi kiri). Becak, sepeda motor, semuanya menerobos. Mengapa bisa begitu? Penyebabanya adalah; 1, jalan tidak terlalu ramai, dan; 2 tidak ada petugas yang berjaga-jaga.

Ini hanya contoh yang saya ambil di persimpangan jalan Jalan Kabupaten, kota Pamekasan, Madura, pada hari Sabtu, 2 September 2017. Saya yakin, di tempat lain, banyak kejadian serupa ini.

“Lampu merah” (sebutan singkat untuk lampu pengatur lalu lintas; APILL) itu sebetulnya dibikin agar kita lebih tertib, karena kita—umumnya—egois. Kalau saja kita bisa saling mengalah, mungkin kita tidak akan pernah butuh pada lampu pengatur lalu lintas itu. Di atas mimbar, seseorang bisa mengatakan sesuatu yang tidak dilakukannya, di depan gadis, seorang duda mungkin saja mengaku perjaka, tapi orang tidak akan pernah berbohong di jalan raya. Sifat dan watak aslinya akan tampak di sana.

Saya pernah mendengar cerita tentang Kiai As’ad Syamsul Arifin (beliau baru saja diangkat sebagai pahlawan nasional) yang menegur sopirnya pada suatu saat di persimpangan jalan. Ceritanya, pak sopir menerabas lampu merah karena menurut dia jalan sudah sepi, sudah malam. Alasan Kiai As’ad tetap melarang adalah karena "melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh forum, mungkin Dishub dengan Satlantas, dll. Dan mereka yang bikin aturan itu melakluan rapat, menggunakan dana rakyat yang diambil dari pajak, punya orang banyak, mengambil anggaran negara". Makanya, agar kita tidak bersalah kepada banyak pihak, ya, sudah, ikuti saja aturan itu. Begitu kira-kira urutan pemikirannya.

Jika Anda muslim, Anda pasti pernah mendengar sebuah hadis yang menyatakan “Takutlah  kamu kepada Allah di mana pun kamu berada (dan seterusnya)”. Hadis ini menyiratkan perintah takwa di manapun tempat. Mengapa ada orang mencuri? Karena mereka merasa tidak dipantau; mengapa ada orang melakukan korupsi? Karena mereka merasa aman dan tidak ada yang tahu? Jadi, orang yang mencuri dan sedang korupsi itu sedang tidak beriman. Maka, mengapa orang-orang itu menerobos lampu APILL? Karena tidak ada polisi dan CCTV. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...