Pembaca

04 Januari 2018

Colt dan Stereotip


Stereotip adalah penilaian yang dikumpulkan dari asumsi-asumsi dan/atau dugaan yang dirujuk dari pandangan umum dan (biasanya) tidak akurat. Ia juga dapat disebut sebagai jalan pintas untuk membuat kesimpulan yang sumbernya adalah intuisi, hanya “ngarang-ngarang” atau utak-atik-gatuk, untuk selanjutnya disematkan kepada orang/kelompok tertentu.


Ketika Anda nonton film Carok yang puncak ceritanya adalah duel maut satu-lawan-satu antara dua orang laki-laki bersenjatakan celurit, disaksikan oleh banyak orang secara langsung di sekelilingnya sehingga pertarungan itu mirip sabung ayum (cuma yang ini diperankan oleh manusia), Anda membuat kesimpulan: orang Madura (tempat kejadian carok sering terjadi) dipersepsikan sebagai masyarakat yang temperamental dan berani saling bunuh hanya demi seorang perempuan, biasanya karena cemburu. Jika begitu hasilnya, maka sebuah film telah berhasil membuat stereotip (dan biasanya cenderung negatif)  tentang orang Madura. Tentang steretoip  (sekadar menyebut contoh) yang juga dilekatkan oleh orang Jawa terhadap orang Madura ini pernah secara luas dibahas oleh Romo Sindhunata saat beliau menulis resensi di Majalah Basis, edisi Desember 1995, untuk buku “Accros Madura Strait”. Menurutnya, stereotip ini terbangun berdasar etnologi warisan kolonial Belanda.

Stereotip ternyata tidak hanya dicapkan kepada orang/kelompok, tapi juga terhadap mobil. Hal itu saya alami ketika sedang memarkir Colt di sebuah toko busana. Pak Jukir tua tiba-tiba menghampiri ketika saya hendak masuk ke dalam kabin seraya berkata.

“Enak, ya, kalau mobil tua seperti ini. Ndak usah bayar pajak pun enggak bakal diurus sama petugas!”

“Enak saja Sampeyan!” Sontak saya memberikan perlawanan. “Saya disiplin bayar pajak, Pak, juga taat berlalu lintas.”

“Oh, begitu, tah? Kiraian ndak usah bayar pajak kalau mobil kayak gini.”
“Ah, Sampeyan ini!”

Rasanya, ingin sekali saya tukar karcis parkir yang biasanya 2 ribu perak itu dengan selembar uang 50.000 supaya stereotip di dalam pikiran pak jukir itu kembali ke jalan yang lurus. Setelah mikir-mikir, enggak jadi, nanti malah muncul stereotip tandingan: sopir Colt biasanya sombong.

Betapa kejamnya stereotip!


2 komentar:

  1. Hahahaha..

    Pak Jukisedang berasumsi

    BalasHapus
  2. @ Muzammal: teman saya ada yang bernama Juky, dan juga punya Colt, orang Jember

    BalasHapus

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...