Stereotip adalah penilaian yang dikumpulkan dari
asumsi-asumsi dan/atau dugaan yang dirujuk dari pandangan umum dan (biasanya) tidak
akurat. Ia juga dapat disebut sebagai jalan pintas untuk membuat kesimpulan
yang sumbernya adalah intuisi, hanya “ngarang-ngarang” atau utak-atik-gatuk,
untuk selanjutnya disematkan kepada orang/kelompok tertentu.
Ketika Anda nonton film Carok yang puncak ceritanya adalah duel
maut satu-lawan-satu antara dua orang laki-laki bersenjatakan celurit,
disaksikan oleh banyak orang secara langsung di sekelilingnya sehingga
pertarungan itu mirip sabung ayum (cuma yang ini diperankan oleh manusia), Anda
membuat kesimpulan: orang Madura (tempat kejadian carok sering terjadi)
dipersepsikan sebagai masyarakat yang temperamental dan berani saling bunuh
hanya demi seorang perempuan, biasanya karena cemburu. Jika begitu hasilnya,
maka sebuah film telah berhasil membuat stereotip (dan biasanya cenderung
negatif) tentang orang Madura. Tentang
steretoip (sekadar menyebut contoh) yang
juga dilekatkan oleh orang Jawa terhadap orang Madura ini pernah secara luas
dibahas oleh Romo Sindhunata saat beliau menulis resensi di Majalah Basis,
edisi Desember 1995, untuk buku “Accros Madura Strait”. Menurutnya, stereotip
ini terbangun berdasar etnologi warisan kolonial Belanda.
Stereotip ternyata tidak hanya dicapkan kepada
orang/kelompok, tapi juga terhadap mobil. Hal itu saya alami ketika sedang
memarkir Colt di sebuah toko busana. Pak Jukir tua tiba-tiba menghampiri ketika
saya hendak masuk ke dalam kabin seraya berkata.
“Enak, ya, kalau mobil tua seperti ini. Ndak usah bayar
pajak pun enggak bakal diurus sama petugas!”
“Enak saja Sampeyan!” Sontak saya memberikan perlawanan. “Saya
disiplin bayar pajak, Pak, juga taat berlalu lintas.”
“Oh, begitu, tah? Kiraian ndak usah bayar pajak kalau mobil
kayak gini.”
“Ah, Sampeyan ini!”
Rasanya, ingin sekali saya tukar karcis parkir yang biasanya
2 ribu perak itu dengan selembar uang 50.000 supaya stereotip di dalam pikiran
pak jukir itu kembali ke jalan yang lurus. Setelah mikir-mikir, enggak jadi,
nanti malah muncul stereotip tandingan: sopir Colt biasanya sombong.
Betapa kejamnya stereotip!
Hahahaha..
BalasHapusPak Jukisedang berasumsi
@ Muzammal: teman saya ada yang bernama Juky, dan juga punya Colt, orang Jember
BalasHapus