Pembaca

03 Mei 2009

Berkhayal: Reli Paris-Dakar



Setelah kalah-menang dalam beberapa etape sebelumnya, pada etape terakhir reli gila Paris-Dakar ini aku dan Titos berhasil menyentuh finish pertama. Beruntung, Titos mendapat kesempatan kupacu cepat tancap melesat hingga tak tersisa lagi apa itu pedal gas untuk dilibas!


Akibat mengemudi dengan Titos dengan cara membabi buta, korban-korban pun berjatuhan:


Pertama, TATRA

Kedua, LIAZ, dan yang teLaaakhir

V...O...L...V...O... !!!



Bahkan, sebelumnya, saudara sekandung lain ayah lain ibu pun, Mitsubishi Pajero, sang penakluk Paris-Dakar bertahun-tahun, harus juga didahului.


Kawan-kawan, dalam kesempatan ini saya minta maaf.

Waktu itu aku buru-buru bukan karena ingin menyalip kalian semua,

tapi karena kebeles pipit, dan ingin segera tiba di kamar kecil di kota Dakar.



4 komentar:

  1. Geye geye geyeeeeee! Tapi itu SONGKOK hajinya kok NGANTOL???? Reli Paris -Dakar pake helm, Massss! Bukan songkok putihh!!! Memangnya mau tahlilannnn????

    BalasHapus
  2. Hahahahahahaha!!!! [ngelkel ka momeng eatttasan]
    Seeeeeeeef, Ra! Bhuh, postingan ini adalah gambaran pas untuk lirik:
    Infinite dreams, I can't deny them (NWoBHM, 1988), yang konon, mengilhami Dream theater bikin album Falling Into Infinity, hehehehehee... (@ra-panagpora: peace, Ra!)

    BalasHapus
  3. Beh, mun atoookara je' neng dinna' kana'...

    BalasHapus
  4. Dakar! tukang senNang dan ciMta kepada titosdupolo

    BalasHapus

Ke Sobih, Kampung Colt

Jika kata Sobih disebut di hadapan Anda yang domisili di Bangkalan, imajinasi yang mungkin muncul pertama kali adalah bubur, ya, Bubur Sobih...