Pembaca

22 November 2009

Bincang-Bincang dengan Haji Fathor


“Ini, Pak, setirannya tidak enak. Saat saya mengemudi, rasanya kok kayak di-jus, ya? Bergoyang-goyang gitu,” keluhku mendayu-dayu, membujuk Haji Fathor, si bengkel tua dari Tlanakan.

“Mungkin tierodnya, Ra.” Tafsirnya sambil mengernyitkan kening dengan mata tertuju ke roda kiri.”

“Silakan diperiksa saja, Pak. Saya tinggal pergi dulu, ya.”


Selang dua hari, setelah ditinggal pergi ke Surabaya, saya datang lagi. Saya menjumpai mobilku sudah dalam keadaan bersih. Kelihatannya baru saja dicuci dan diparkir di garasinya.

“Bagaimana, Pak?”

“Sudah enak, Ra. Lari 90 tidak goyang.”

“Wah, sip. Bagus itu!”

“Berapa, Pak?”

“Sudah lah, tidak usah. Tidak ada suku cadang yang diganti, kok.”

“Ah, jagna begitu, Pak. Sampeyan mengeluarkan tenaga dan pikiran juga, kan?”

“Seikhlasnya,” kata bapak itu akhirnya dengan air muka yang polos, sepolos ”interface” Colt Titos miliknya yang langsiran 1971.


Saat mau pulang, Haji Fathor berpesan.

“Tapi, kalau bisa, bannya diganti, ya. Ada kawat bajanya nya yang putus.”

“Bisa diakali, Pak?”

“Tidak bisa, Ra. Harus diakali ke toko, dan beli yang baru. Lagian, bannya ada yang batikan juga itu, Ra..”

“Maksudnya?”, tanyaku tidak paham.

“Ya, ban sudah tipis, tapi masih dibatik agar bergerigi kembali, vulkanisir pakai pisau.”


Kami tersenyum bersama-sama.

6 komentar:

  1. Salam kenal. Kaulah darih Petang, Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Dak barak dari Bangkoning (Kembang Kuning). Gik tamasok tatangganah Luk Guluk.
    Manabe, tak kaleroh, kaulah pernah tapangghi sareng panjenengan e bekas Museum Mpu Tantular saat acara diskusi. Kaulah wartawan LKBN ANTARA yang saat di Surabaya meliput berita-berita seni budaya.
    Samangkaen kaulah epinda ka Denpasar, Bali, tapeh keluarga badah e Bondowoso, Jatim.
    Membaca cerita-cerita ringan soal Colt Ti to du polo, saya terhibur karena kerinduan akan Madura serasa terobati, meskipun tidak terpenuhi satos persen.


    Salam,


    Uki

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, mas Uki:
    aneh... ma' bisa tapanggi sareng "Bincang-Bincang dengan Haji Fathor"? dari mana awal penelusuran Google-nya? he..he..he.
    Enggi, lerres, kaula toman eyonjang DKJT ka acara temu kantung sastra jawa timur..

    Salam...

    BalasHapus
  3. He hee...
    Asalepon kaulah add panjenengan e facebook. teros mokkak blogspot. Eca bacah, tolesan epon mak sae. Kendaraan epon jugan keren Ra. He hee...
    Kaulah dimen sereng tapangghi sareng Ra Wasil (Luk Guluk) se badah e Pamekasan. Dimen baktoh kaulah tugas e Pamekasan, sereng tapangghi sareng Ra Wasil (alumni Lirboyo) e kantor Surya. Kebetulan, wartawan Surya dimen (Mas Iga), alumni Lirboyo jugan. Ponapah Ra Faizi oneng kabar epon Ra Wasil? Manabih tapangghi, netep salam engghi. Mator sakalangkong.

    BalasHapus
  4. bunten, kaula tak kenal sareng Ra Wasil alumni Lirboyo ganika. Pasera enggi? bin pasera? posisnya?

    BalasHapus
  5. Waduh, lengkap epon den kaulah korang pareksah.

    BalasHapus
  6. bhari' dankaula amaen ka Haji Fathor pole... he..he..

    BalasHapus

Ke Sobih, Kampung Colt

Jika kata Sobih disebut di hadapan Anda yang domisili di Bangkalan, imajinasi yang mungkin muncul pertama kali adalah bubur, ya, Bubur Sobih...