Malam Sabtu, 6 Desember 2024
Entah karena apa, tiba-tiba mesin mobil Colt saya bretbet. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh kekurangan BBM hingga kondisi minimal (jarum menunjuk garis terbawah) yang berakibat naiknya kotoran saat tangki BBM mengalami guncangan. Begitu kata analisa teman-teman.
Dalam perjalanan dari Bangkalan ke Sidoarjo, beberapa kali mesin mati, termasuk di Tangkel. Saat di Suramadu sempat mati satu kali. Lalu di ujung Selatan Jalan A. Yani juga mati (beberapa kali momen yang lain juga mati, tapi saya tidak ingat di mana saya kordinatnya). Untunglah saya segera bisa mengarahkan mobil ke jalan tol dari pintu masuk Gerbang Tol Waru 3 sehingga mobil bisa melaju aman. Mesin mobil mati lagi hanya sekali, di pintu keluar GT Sidoarjo karena tujuan saya memang ke sana, ke kafe Jungkir Balik yang letaknya di sisi barat GOR DELTA. Tujuannya adalah memenuhi undangan si pemilik, Cak To dan Lia Zen.
Sebelum pulang, ketika mesin sudah tidak begitu panas, saya putar lebih dulu gasnya, dinaikkan. Dalam keadaan stasioner, mobil seperti lamsam, ‘Lumayan,’ begitu batin saya, namun perasaan berubah begitu saya jalankan. Saat gas dibejek dan saya mulai masuk ke jalan Pahlawan, spontan bretbet mulai lagi. Akhirnya, saya putuskan untuk cari “jalan aman” saja, yaitu jalan yang tidak banyak bertemu lampu merah.
Meskipun pulang jam 23.15 (atau mungkin 23.30, lupa tidak melihat jam), saya harus memilih rute yang aman untuk mesin bretbet, yaitu ruas jalan yang sedikit lampu APILL atau lampu merah. Makanya, saya lewat Jalan Perak saja, ujung jalan tol: KM 0. Dari Perak Barat ke Perak Timur ada putar balik, begitu juga ketika masuk Jalan Jakarta.
Dengan cara seperti itu, saya hanya akan bertemu lampu merah di Nyamplungan (utara Makam Sunan Ampel) dan Sukolilo (orang Bangkalan menyebutnya Klelah) di utara Suramadu. Sisanya adalah bundaran dan belok kiri langsung. Hamdalah, cara ini efektif. Saat melintas di lampu merah Nyamplunan, lampu kebetulan berwarna hijau dan begitu pula di lampu merah Sukolilo (Bangkalan; lampu merah pertama kalau dari arah Suramadu) sudah berkedip kuning. Sementara di Tangkel dan Junok, saya hanya butuh belok kiri. Semua aman. Tiba di rumah saudara saya di Nilam, Bangkalan, perjalanan terbilang lancar dan tidak pakai acara mati mendadak di tengah jalan.
Besoknya, saya kop karburator dan semua urusan selesai, semudah itu. Besoknya saya pulang ke Sumenep. Total perjalanan kali ini kurang lebih 390 km (Nilam ke rumah = 132 km; Nilam ke Sidoarjo 60 km; muter di Bangkalan sekitar 5 km).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar