Pembaca

15 November 2011

Cerita Pendek Hari Ini


Tiba-tiba, hanya beberapa meter selepas lampu lalu lintas di pertigaan Pegadaian (Gadin) menuju Jalan Kabupaten (Pamekasan), mobil Daihatsu Xenia Xi di depan saya ini berhenti tiba-tiba. Saya pun mengerem mendadak.

“Pasti ada orang ngawur berlalu-lintas,” batin saya.

Hingga beberapa detik, mobil tidak begerak. Delam gerak lambat, seorang nenek tua renta berjalan terseok-seoak di depan mobil, hendak menyeberang jalan raya, dari selatan ke utara.

“Oh, rupanya ada nenek menyebrang jalan,” kata saya, bicara sendirian.
Tapi, bukan itu yang membuat saya kaget. Ternyata, si nenek tidak menyeberang jalan, melainkan mendekati jendela mobil dari sisi kanan, samping pintu pengemudi, mengetuk kaca, menjulurkan tangan. Si nenek meminta-minta.

Dalam beberapa saat lamanya saya tertegun. Kaca Xenia itu tetap tertutup rapat, tidak dibuka. Dan si nenek melanjutkan perjalanannya, menyeberang jalan raya. Lebih dari itu, beberapa orang di seberang jalan hanya melihat adegan menggetarkan ini tanpa sedikit pun ada inisiatif untuk membantu si nenek menyeberang jalan.

Hari ini, batin saya, sebuah cerpen melodrama telah terjadi di dunia nyata.

Catatan: si nenek tidak saya jepret karena merasa tidak sopan. Nomor mobil saya tutup demi nama baik. Kejadian: 8 Nopember 2011.

5 komentar:

  1. Si nenek sebenarnya mau nyebrang apa minta2 sih? hehe

    BalasHapus
  2. Dalam meminta-minta pun dibutuhkan nyali ya, Ra?

    BalasHapus
  3. @Kuli: iyu, pertanyaan saya tidak sampai ke situ saking tekejutnya :-)
    @Edi: betul dan sangat iyya

    BalasHapus
  4. saya sudah bolak balik baca tulisan2 sampeyan, rasanya kurang care kalo saya ndak meninggalkan komentar apapun... coba di perbanyak cerita ttg colt t 120 nya keh.

    BalasHapus
  5. Terima kasih, Anis Fauzan. Posting di blog ini, tentang colt, Titos du Polo, sudah ada 67, dan akan terus bertambah.


    (seperti iklan Gmail, ya. he, he..

    BalasHapus

Ke Sobih, Kampung Colt

Jika kata Sobih disebut di hadapan Anda yang domisili di Bangkalan, imajinasi yang mungkin muncul pertama kali adalah bubur, ya, Bubur Sobih...