Pembaca

19 November 2011

Kelistrikan Pada Colt T 120


Salah satu kelemahan Colt T 120 adalah bidang kelistrikannya. Kelistrikan yang diatur oleh cut-out (ket-ot) sering bermasalah. Jika kita bawa mobil ke bengkel, mereka terkadang mengutak-atik cut out tersebut jika supply ke aki dianggapnya terlalu besar (bau angus dan aki cepat jebol) atau terlalu kecil (bikin strum kurang). Untuk mengontrol arus ini, terkadang kita memasang panel untuk kontrol arus dari dinamo ampere ke aki. Namun, sialnya, pemasangan kontrol ini justru sering menjadi masalah besar seperti yang pernah saya alami, yaitu adanya korsleting karena pemasangan kabel kurang rapi mengignat arus yang dilewatinya sangatlah besar.

Nah, untuk menyiasai hal itu, saya menggunakan dinamo amper ic. Saya tidak tahu dinamo yang saya pasang ini milik kendaraan jenis apa. Kata si tukang jual di loak, dinamo ini milik Daihatsu Zebra. Dengannya, saya merasa kelistrikan colt T saya ini sekarang lebih stabil; starter lebih kuat karena aki selalu terisi penuh; lampu lebih terang.

Namun, untuk pemakaian ini, saya harus menipiskan sedikit pegangan dinamo ampere tersebut dengan gerinda karena terlalu tebal. Setelah diatur sedemikian rupa sumbu mur-bautnya, akhirnya pemasangan selesai. Kelistrikan pada colt ini sekarang tidak perlu memasang cut-out lagi. Silakan mencoba.

15 November 2011

Cerita Pendek Hari Ini


Tiba-tiba, hanya beberapa meter selepas lampu lalu lintas di pertigaan Pegadaian (Gadin) menuju Jalan Kabupaten (Pamekasan), mobil Daihatsu Xenia Xi di depan saya ini berhenti tiba-tiba. Saya pun mengerem mendadak.

“Pasti ada orang ngawur berlalu-lintas,” batin saya.

Hingga beberapa detik, mobil tidak begerak. Delam gerak lambat, seorang nenek tua renta berjalan terseok-seoak di depan mobil, hendak menyeberang jalan raya, dari selatan ke utara.

“Oh, rupanya ada nenek menyebrang jalan,” kata saya, bicara sendirian.
Tapi, bukan itu yang membuat saya kaget. Ternyata, si nenek tidak menyeberang jalan, melainkan mendekati jendela mobil dari sisi kanan, samping pintu pengemudi, mengetuk kaca, menjulurkan tangan. Si nenek meminta-minta.

Dalam beberapa saat lamanya saya tertegun. Kaca Xenia itu tetap tertutup rapat, tidak dibuka. Dan si nenek melanjutkan perjalanannya, menyeberang jalan raya. Lebih dari itu, beberapa orang di seberang jalan hanya melihat adegan menggetarkan ini tanpa sedikit pun ada inisiatif untuk membantu si nenek menyeberang jalan.

Hari ini, batin saya, sebuah cerpen melodrama telah terjadi di dunia nyata.

Catatan: si nenek tidak saya jepret karena merasa tidak sopan. Nomor mobil saya tutup demi nama baik. Kejadian: 8 Nopember 2011.

09 November 2011

Colt Milik Kiai Masduqi Muntaha


Ini adalah colt milik Kiai Masduqi Muntaha, Kadur, Pamekasan. Saya sudah minta izin kepada beliau untuk mengambil gambar-gambar ini. Saya menjelaskan kepada beliau bahwa saya adalah reporter spesialis Mitsubishi Colt T-120 :-)

Colt ini buatan tahun 1980 dengan karoseri, jika tidak salah Internasional, tetapi rombak ulang (make over) oleh sebuah bengkel karoseri terkenal di Malang. Menurutnya, colt ini dibelinya dari keluarga almarhum Kiai Muhammad bin Imam (Gunung Sari). Banyak orang Madura mengenal kiai yang masyhur dengan sebutan “Kiai Muhammad Nungsari” ini. Saat Kiai Muhammad wafat, banyak orang yang ingin mengganti kendaraan yang beliau pakai semasa hayatnya tersebut. Namun, Kiai Masduqi-lah yang beruntung mendapatkannya. Menurut Kiai Masduq, beliau membeli colt ini dengan harga 27 juta. Meskipun banyak peminat yang berani membeli dengan harga di atas 30 juta, tetapi keluarga almarhum melepas colt ini dengan harga 27 juta. Padahal, kata Kiai Masduq, “Saya juga mau membayar lebih dari harga yang ditetapkan itu. Namun kelaruga almarhum tetap ngotot minta 27 saja.” Sebuah transaksi dan harga yang aneh secara bisnis :-)

Colt ini menggunakan sistem pengereman cakram milik holden dan semua jok model independen / reclining. Mesin tidak ada yang dioprek, standar.

















01 November 2011

Colt Pariwisata



Colt T selalu identik dengan taksi atau angkutan penumpang umum (plat kuning). Saya mengalami hal ini dalam keseharian hidup saya bersama Si Titos ini. Bahkan, beberapa orang meledek saya dengan sebuatan, “aman dari cegatan polantas belum tentu bebas dari cegatan calon penumpang.”

Nah, untuk menyiasatinya, saya memberikan label “Pariwisata” di kaca depan mobil. Tapi, rasa-rasanya tidak begitu ada gunanya.

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...