Pembaca

31 Oktober 2014

Perjalanan ke Sidogiri: Mogok Sana, Mogok Sini


“Sangat sedih dan turut kasihan…”

Itulah kata-kata yang saya sampaikan kepada Paman Farhan untuk perjalanan beliau ke Sidogiri kala itu, 17 Oktober 2014. Perjalanan itu adalah perjalanan penuh kemogokan. Saya tahu, Paman sangat paham mesin Colt, tapi entah kepana kali itu apes sekali.

“Entah berapa kali berhenti (mogok), sampe' tidak terhitung,” kata Paman kepada saya setelah tiba di Madura. “Bahkan sempat sekali memacetkan pintu tol, sampe' pegutas tol ikut bantu mendorong mobil, ditepikan supaya tidak menghambat laju kendaraan  mobil.”

Akar masalah dari semua ini sebetulnya sudah diketahui dari awal, sebelum berangkat. Masalahnya adalah pompa bensin yang tidak normal. Memang, beberapa kali, Colt saya mengalami kemacetan pompa bensin (membran) pada saat berhenti dari posisi berjalan namun hanya dalam kondisi mesin panas. Hal demikian sudah saya alami berkali-kali dan tetap saja saya tidak berusaha menggantinya dengan ‘rotax’ atau pompa bensin elektrik. Mengapa? Karena saya sudah triknya; yaitu tetap memainkan gas tinggi ketika berhenti sebentar atau memancing bensin (isi sediikit), cucur langsung ke karburator ketika kepalang berhenti lama dan mematikan bensin.

Masalah ini sudah saya sampaikan kepada beliau dan beliau tenang saja. Maklum, Paman Farhan sudah pegang Colt sejak lama sehingga dia tahu keluhan dan masalah yang biasa terjadi. Hanya saja, kala itu dia apes: lupa tidak membawa ‘rotax’ yang memang sudah dia siapakan untuk jaga-jaga.  “Sangat lupa untuk membawanya, padahal sudah saya siapkan!” katanya seraya mengeluarkan asap rokok.

Sejak saat itu, saya pun mengganti pompa bensin manual bawaan Colt ke pompa elektrik, namun pompa membran tetap tepasang, siapa tahu suatu saat rotax mati mendadak. Namanya barang elektrik, biasanya suka matinya mendadak, beda dengan yang  manual, biasanya memberi aba-aba lebih dulu kepada kita sebelum rusak.









11 Oktober 2014

Undangan Manten


Perjalanan pagi ini (Kamis, 9 Oktober 2014) adalah perjalanan ke Lebeng Timur, kecamatan Pasongsongan. Saya dan beberapa sanak keluarga bersiap hadir menuju undangan selamatan pernikahan Muslimah (nama orang). Perjalanan terkesan agak terburu-buru karena saya terlambat; baru berangkat ketika rombongan mobil yang satunya (L300) sudah berada di Pregi, kira-kira 6 kilometer di depan. Kami berangkat pukul 06.30; 45 menit telat dari jadwal yang direncanakan.

Dalam perjalanan itu, saya dihantui rasa cemas karena 5 hari sebelumnya, Colt saya baru saja dibawa oleh Paman ke Sidogiri (Pasuruan) dan mengalami beberapa kali masalah pada suplai bensin; pompa bensin tersendat di waktu mesin panas dan stasioner, seperti penyakit yang lalu-lalu. Padahal, sejak beberapa bulan lamanya, masalah ini tidak pernah kambuh. Kok, ya, tumben saja ketika dibawa pergi jauh oleh si paman, eh, kumat lagi.

Saya sadar, perjalanan ke Lebeng itu akan menghadapi jalan rusak yang dapat dijelaskan dengan “pada bagian tertentu, kita harus berjalan dengan gigi 1 yang kecepatannya nyaris sama dengan orang berjalan kaki”. Tentu saja saya waswas, takut mengalami kejadian serupa yang dialami sang paman , terlebih pada perjalanan kali ini saya akan menghadiri acara walimah pernikahan di siangnya, pukul 10.00, meskipun letaknya tak jauh dari rumah saya: dua acara dalam setengah hari.

Ternyata, acara selamatan Muslimah itu berlangsung sangat singkat. Acara ini tergolong acara min-amin pandek, yakni acara syukuran pernikahan yang sangat singkat; mencakup pembukaan dengan pembacaan Al-Fatihah, pembacaan shalawat, doa, lalu makan dan bubar. Setelah itu, kami pun pulang. Berdasarkan data GPS by Garmin yang saya bawa (milik adik), data perjalanan kami pagi ini adalah 33 kilometer pergi-pulang.

* * *

foto oleh Moh Khatibul Umam (MKU)
Esoknya, Jumat 10 Oktober 2014, saya kembali menghadiri undangan pernikahan, mengantar mempelai putri yang kebetulan sepupu ibu saya ke daerah Pancoran, Kadur, Pamekasan. Jarak dari rumah saya ke lokasi berkisar 29 kilometer (hitungan tanpa GPS) untuk sekali jalan. Kami berangkat bersama rombongan mempelai wanita dari Guluk-Guluk pada pukul tujuh pagi lewat sedikit.

Dalam perjalanan itu, posisi (Colt) saya berada di posisi tengah dari mobil penganten, yang terdepan, yaitu Mercy 300E. Meskipun pada saat hendak berangkat saya kembali dihantui perasaan cemas, takut mengalami mogok seperti yang dialami paman, ternyata perjalanan lancar-lancar saja. saya membatin, rupanya mogok itu sangat mudah membuat trauma. Sebetulnya, saya sudah memasang pompa bensin elektrik di mobil. Namun, karena waktu yang tidak cukup, saya belum sempat mengganti selang bensin dari pompa manual (membran) ke pompa elektrik itu.

Yang saya khawatirkan dalam perjalanan kali ini bukanlah karena jalan yang rusak sebagaimana perjalanan sebelumnya ke Lebeng Timur, melainkan karena perjalanan kali ini adalah perjalanan berkonvoi, iring-iringan panjang. Kemungkinan, masih ada sektiar 20-an mobil di belakng Colt saya yang bernomor urut ke 14. Lebih dari itu, medan perjalanan akhir menuju lokasi di Pancoran Barat itu adalah tanjakan terjal dan sudah pasti jalannya akan melambat. Bagaimana jika mobil berjalan tersendat dan pompa bensin mendadak macet di tanjakan? Itulah kekhawatiran saya.

Benar, seperti sudah saya duga, menjelang lokasi parkir, di saat iring-iringan mobil mengular dan berjalan sangat lambat, tercium bau hangus kampas kopling. Saya tidak yakin, bau itu bersumber dari Colt, dan entah dari mana sumbernya. Sebab, meskipun iring-iringan mobil itu diikuti oleh mobil-mobil yang rata-rata bertahun produksi pasca-2000, tapi soal kampas kopling memang tak pilih mobil dan tak pilih tahun. Mobil baru pun bisa saja terkikis kampasnya kalau tidak sambil mengombinasakan jeda dengan handrem, pada posisi jalan menanjak dan dalam kondisi macet (perhatikan cerita perjalanan yang ini: Macet di Bawen)

Akhirnya, bersama rombongan yang lain, kami dan semua romongan tiba di lokasi yang berada di dataran tinggi itu dalam keadaan selamat. Alhamdulillah.

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...