Pembaca

24 Desember 2012

Cylinder Head (Cilinder Kop)


“Cylinder head” atau “cilinder kop” (Belanda) adalah tudung penutup silinder, ruang tempat piston bekerja. Di dalam silinder kop terdapat saluran kecil untuk air yang fungsinya sebagai pendingin. Lama kelamaan, ia akan aus dan pengikisan terjadi di sana. Penyempitan saluran air ini, salah satunya, menjadi sebab naiknya suhu mesin. Konon begitu yang saya tahu.
Colt yang dibuat pada kisaran tahun 1979-1980 berarti telah bekerja kurang lebih 32-33 hingga tahun ini, 2012. Dengan acuan itu, kiranya, wajar pengikisan tersebut terjadi.

Ada beberapa cara yang ditempuh orang untuk menyiasatinya, antara lain:
1.     Pupuk, yaitu meratakan kembali permukaan cylinder head ke bengkel bubut
2.     mencari cylinder head/cilinder kop colt lain yang sudah mangkrak untuk dipasangkan sebagai ganti
3.     Merangkap dua packing. Saran seorang bengkel, packing yang lama sebisa mungkin dipakai kembali. Jadi, kita cukup membeli satu packing saja. Harganya berkisar 40.000, 55.000. yang Sali harganya di atas 350.000, hampir sama dengan harga packing milik Kijang LGX Diesel
4.     Menggunakan packing alumunium. Caranya: buat sendiri.

Tujuan dari semua ini adalah agar sirkulasi air lebih lancar, ruang cilinder kop kembali asal. Akan tetapi, pendapat lain yang juga saya terima, cara-cara tersebut sama-sama punya resiko. Misalnya, merangkap packing dianggap berbahaya karena rentan kebocoran, baik air masuk ke oli atau oli yang bercampur ke dalam air. Jika percampuran ini terjadi, mesin akan rusak. Bengkel di sini menyebutnya dengan istilah “mulét”. (entah benar atau tidak, ya, istilah ini)

Seorang montir lain juga berpendapat, bahwa mengganti cilinder kop yang aus dengan cilinder kop milik colt yang lain, meskipun kondisinya lumayan bagus, belum jadi jamianan bagus. Hal ini mungkin karena perbedaan ukuran ketebalan packing dan ruang bakar itu hanya berkisar “milimeter”, sangat tipis sekali.

Inilah situasi mesin yang sedang dialami colt saya. Panas suhu mesin tiba-tiba bertambah naik  seusai skur klep. Entah, apa penyebabnya. Mungkin juga karena ketika itu spuyer bensin saya ganti. Apakah kekecilan atau tidak? Entahlah, saya menggantinya dengan ukuran 85-90. Namun, sementara ini, setelah saya memilih opsi ke-3, yakni merangkap dua packing, kondisi aman-aman saja meskipun panas mesin hanya berkurang sedikit.

Saran tambahan saya peroleh lagi dari orang lain. Konon, disaranakan agar setelah merangkap packing itu, kita sering mengganti air radiator selama beberapa kali, terutama setiap datang dari bepergian alias setelah mesin menyala beberapa jam lamanya. Saya tidak tahu apa efek dan dampak ganti air sesering mungkin tersebut bagi mesin, khususnya cylinder head. Namun, menurutnya berdasarkan pengalaman, ini akan membuat packing rangkap akan lebih menyatu dan aman. Benarkah? Saya belum membuktikannya. Sejauh ini baik-baik saja. Di samping itu, sarannya, gunakanlah air tadah hujan langsung (tanpa lewat pancuran) sebagai air radiatornya.

01 Desember 2012

Fog Lamp II


Beberapa tahun yang lalu, saya sempat mencari perlengkapan colt T 120 sampai ke Jogjakarta. Spion tanduk saya dapatkan di Probolinggo tapi dalam kondisi “hampir asli”; kondisi baru, mirip asli tapi ketebalan cagaknya tidak setebal spion yang asli. Fog lamp (lampu kabut/lampu tembak) di bumper depan saya dapatkan yang imitasi di Jogjakarta, cara yang asli sudah sangat sulit. Sedangkan lampu sein Imasen yang mendapatkan di Semarang atas bantuan teman Angga.

Namun, sungguh di luar dugaan karena tiba-tiba ada seseorang yang mengirimkan fog lamp baru kepada saya. Fog lamp “ori” merek Stanley Japan ini masih baru, lengkap dengan kardusnya. Beliau adalah Pak Bambang,  salah seorang pemilik colt yang kebetulan juga pembaca blog ini. Saya tidak pernah mengenal Pak Bambang ini di dunia nyata. Dan saya fog lamp itu pun juga merupakan hadiah, bukan dibeli.

Terima kasih, Pak Bambang. Semoga Anda dapat ganti yang lebih baik. Bukan saja di akhirat, saya masih percaya, masih banyak kejutan menarik di dunia ini untuk orang yang baik hati. Salam.

13 November 2012

Stel Delco


Selama ini, saya tidak pernah nyetel delco sendiri. Saya akan menyuruh orang yang biasa, seperti bengkel, untuk melakukannya. Namun, pada suatu waktu saya harus melakukan itu sendiri. Saya mencobanya dan tidak berhasil.

Saya melakukan ini karena mesin mobil pincang, tidak bisa stasioner dengan baik. Bunyi mesin tidak mulus. Saya pun penasaran. Maka, setelah konsultasi kepada seorang ahli, saya mencoba melonggarkan baut setelan delco itu.

“Bagaimana cara bahwa mesin itu sudah top?” tanya saya.
“Nyalakan mesin dalam keadaan stasioner alias lepas gas. Setelah itu, injaklah gas sekaligus. Jika mesin tidak tersendat, maka berarti setelan Anda sudah bagus.”

Saya melaklukan perintahnya, berhasil. Maka, saya pun mematikan mesin dan mulai mengencangkan baut setelan delco. Saya nyalakan lagi. Eh, mesin tetap pincang/tidak stasioner. Bunyinya tersendat-sendat. Maka, saya konsulasi lagi. Hasilnya: meneyetel delco colt T itu harus dalam keadaan mesin menyala. Hal ini mungkin karena ada aus pada mur/baut delco yang telah berumur puluhan tahun itulah yang jadi penyebabnya.

Dengan cara ini, menyetel delco dalam keadaan mesinya menyala, akhirnya saya mendapatkan hasil yang saya inginkan.

Entri terkait delco ada di sini: KLIK.

25 Oktober 2012

Lampu Kabin



Selalu saja saya cari suku cadang atau pernak-pernik colt kalau ada waktu berkunjung ke “tukang jagal mobil” (rongsokan atau loak). Namun, jika saya cari barang-barang milik colt, saya selalu kecewa. Rupanya, perlengkapan milik colt termasuk yang paling diburu.

Lampu kabin (depan, dekat spion tengah) merupakan yang senantiasa saya cari. Namun, sampai sekarang saya belum mendapatkannya. Lampu kabin termasuk barang langka. Kenapa begitu? Setiap saya melihat colt, lampu kabinnya biasanya sudah copot dan tinggal dudukannya tanpa mika. Pernah, atas bantuan teman bernama Angga, saya mendapatkannya di Semarang. Sayang, yang ini bukan yang asli. Makanya, saya masih ngotot untuk mencari yang bekas saja.

Beberapa waktu lalu, saya datang ke tukang jagal mobil di Jember (Karangasem, ke utara dari Terminal Tawang Alun). Salah satu misinya adalah mencari lampu kabin tersebut, namun tak ada. Saat berkunjung ke loakan milik Pak Latif di Jember, saya hanya mendapatkan “lampu kabin belakang” untuk station wagon. Karena bentuklnya unik dan antik, seperti mangkok, saya pun membelinya. Di samping itu, harganya cuma Rp10.000 sepasang.

11 September 2012

Jika Aliran Bensin Terganggu

Pompa bensin dari filter bensin ke karburator menggunakan membran. Jika membran lemah, biasanya colt dicirikan dengan tidak kuatnya saat menghadapi tanjakan karena kekurangan bensin. Biasanya, membran tidak serta-merta langsung rusak, melainkan berstatus lemah terlebih dahulu.

Untuk aliran bensin kendaraan baru umumnya menggunakan pompa elektrik. Sayangnya, jika pompa elektrik tersebut rusak sementara kita sedang berada di tengah perjalanan, situasi ini akan mengharuskan kita membeli suku cadang yang baru, saat itu juga, atau mengganti elemen elektrik pada perangkat itu jika masih bisa diperbaiki. Namun, jika kita terpaksa pergi atau pulang dalam keadaan jauh dari toko atau tengah malam, cara paling memungkinkan adalah dengan memasukkan selang langsung ke karburator yang dituang dari jeriken/botol yang berisi bensin. Letak jeriken/botol bensin harus lebih tinggi daripada karburator.

Saya mendapatkan cerita unik dari seseorang tentang pengalamannya yang kala itu tidak bisa nanjak di sebuah tanjakan terjal karena membran colt-nya sudah lemah. Apa yang dia lakukan? Katanya, ia menggunakan perseneling R (mundur) untuk menanjak ke atas. Apakah ini masuk akal? Entahlah, saya belum pernah mengalaminya.

04 September 2012

Selang Bensin



Colt T 120 mempunyai 4 saluran selang bensin;

1. Dari karburator ke membran;
















2. Dari membran ke filter;
3. Dari filter bensin ke pipa besi















4. Dari pipa besi ke tangki

Adapun 4 selang yang pertama itu mudah dikontrol karena setiap kali membuka jok depan, kita akan langsung melihat kondisinya. Sedangkan selang kedua dan ketiga, kondisi selang akan terlihat jika kita berada di bawah mobil. Situasi seperti ini jarang dilakukan kecuali kita akan membersihkan/mengganti filter bensin, atau pada saat mencuci bagian bawah mobil. Nah, selang yang ke 4 inilah yang paling jarang kita lihat karena posisinya berada di balik ban serep dan di balik tangki bensin. Selang ini biasanya dibungkus oleh spiral untuk lebih aman dari himpitan benda-benda yang ada di sekitarnya.



Perlu diketahui, saluran bensin dari filter ke tangki menggunakan pipa besi panjang, sama seperti saluran dari membran ke filter. Namun, kedua ujungnya dibubungkan oleh selang, mungkin demi kelenturan. Catatan ini saya tulis karena saya telah terkecoh dan mendapati selang nomor 4 dalam keadaan sudah hancur ketika mobil sedang diparkir semalam suntuk. Akibatnya, bensin di tangki, yang untungnya tidak penuh, habis sama sekali. Sesekali, perlu Anda mengecek selang yang terakhir ini.

22 Juli 2012

Silaturrahmi Bermodal Mogok


Hari ini, Kamis, 21 Juni 2012, bersama beberapa anak sanggar sastra, dari Guluk-Guluk saya pergi ke kota Sumenep untuk menghadiri acara diskusi kebudayaan dengan pembicara Afrizal Malna. Tempat acara adalah di STKIP Sumenep. Entah mengapa tiba-tiba saja saja saya lewat jalur tengah, jalur yang sangat jarang saya lewati. Biasanya, saya pergi ke kota lewat Ganding – Lenteng – Sumenep. Kali ini lewat Gingging – Saronggi – Sumenep.

Ketika kami mencapai desa Kambingan (Saronggi), saya tiba-tiba ingat teman, Abdus Sofi namanya. Sebulan sebelumnya, paman saya memberi tahu agar saya menghubungi si Sofi ini untuk suatu keperluan. Saya tanggap, ke mana arah pembicaraan itu akan mengalir. Yang saya tahu adalah bahwa dia masih hidup membujang di antara teman-temannya yang kini sudah bernak-pinak. Tapi, kala itu, yang muncul adalah perasaan tidak enak. Seolah-olah, ada yang tidak beres dengan kendaraan ini.

Saya memberhentikan mobil, menepi, dan mulai cek. Ternyata benar, rem macet. Saya sentuh velg: panas!

“Rem bermasalah. Kita tidak bisa melanjutkan perjalananan,” kata saya kepada anak-anak sanggar. Mereka Cuma melongo karena tidak paham pada pembicaraan saya, atau tidak tahu harus berbuat apa.
“Tenang,” hibur saya kepada mereka sambil mengambil ponsel dan mulai menelepon.


“Sofi?”
“Ya.”
“Kamu di rtumah?”
“Iya.”
“Saya butuh bantuan kamu. Mana ada bengkel di sini?”
“Posisi kamu di mana?”
“Saya ada di dekat rumah kamu, dekat mesin pompa PDAM. Rem colt saya macet.”
“Wah, kebetulan ini saya di rumah dan sedang ada Yanto. Dia bisa perbaiki rem itu. Tunggu, ya!”

Tak lama, hanya beberapa menit, balabantuan muncul. Sofi datang bersama seorang lelaki. Dia itulah yang mungkin bernama Yanto. Akhirnya, saya dibonceng Sofi menuju rumahnya, diikuti Yanto yang mengemudikan colt bersama anak-anak.

Seraya menunggu si Yanto melucuti perangkat roda belakang untuk mengamnalisa kemacetan pada sistem rem, saya pun ngobrol dengan Sofi seputar jodoh dan segala macam. Hanya beberapa saat, Yanto memeberikan kesimpulan diagnoasanya.
“Karet master rem rusak. Beli ini!” kata dia sambil menyodorkan sebentuk cincin dari karet tebal dan kaku.
“Aneh, kok selalu roda kiri belakang, ya, yang bermasalah?” Saya menggumam.
“Rem tangan mobil ini masih berfungsi?” Yanto malah balik bertanya.
“Iya.”
“Anda mungkin sering menggunakan handrem dalam waktu yang lama, saat mobil diparkir berhari-hari di dalam garasi misalnya.”
“Betul…”
“Ya, itu penyebabnya. Tumpuan handrem ada pada roda kiri belakang. “Sekiranya diparkir di garasi dalam waktu yang lama, tidak perlu pakai handrem karena hal itu akan memberikan tekanan juga dalam waktu yang lama. Akibatnya, karet master rem roda kiri belakang akan rusak lebih cepat daripada yang lain.”
“Ooo…,” kata saya melongo, memahami penjelasannnya.

Dari sana, saya dan anak sanggar ikut Sofi yang kebetulan memang hendak pergi ke kota Sumenep. Kami naik Panther. Pada akhirnya kami bisa mengikuti acara diksusi kebudayaan bersama Afrizal Malna dengan lancar. Sepulang dari Sumenep, eh, tiba-tiba En Hidayat mengantar saya sampai ke tempat Sofi kembali dengan Kijang-nya.

Dari kisah di atas ini saya dapatkan judul tulisan.


19 Mei 2012

Tekanan Angin Ban: Fully Loaded


Pengalaman menyenangkan terjadi Jumat kemarin, 18 Mei 2012. Saya kedatangan sembilan orang tamu dari Jakarta dan Bandung. Tamu-tamu ini adalah sekelompok orang dari Bismania Community, komunitas penggemar bis Inonesia. Mereka adalah Pak Dhe Fathur Rozzaq, Iwan, Rully, Moko, Heru, Nano, Andra, Aam, dan Big Mack. Hanya Kang Iwan yang dari Bandung, sisanya dari Jakarta. Mereka melakukan touring pada masa long weekend ini dengan naik PO. Haryanto ke Sumenep. Nah, mareka pun mampir ke tempat saya dan bermalam. Esoknya, yaitu hari ini, mereka kembali ke Jakarta dan Bandung. Rully mampir ke Madiun, Kang Iwan ke Bandung lewat jalur selatan, sisanya ke Jakarta dengan Gunung Harta, berangkat dari Surabaya.

Sewaktu saya menjemput mereka ke pertigaan Prenduan, saya kaget, membayangkan mereka yang sembilan orang itu, yang rata-rata berbody “intalan”, masuk dalam kabin colt T 120 yang tidak begitu lapang. Oh, ya, masih ada satu lagi seorang penumpang lain, yaitu “kenek” yang saya bawa dari rumah, plus saya sendiri sebagai pengemudi. Jadi, total ada saya berisi 11 anak manusia di dalam mobil. Dan adalah pengalaman pertama selama saya punya colt ini: baru kali itu saya masuk gigi 1 untuk melahap tanjakan Drugsin, tanjakan paling terjal dalam perjalanan menuju rumah saya,

Lebih dari itu, saya menyetir dalam keadaan cemas karena tekanan ban dalam keadaan biasa, yakni; depan 33 dan belakang sekitar 35 psi. Stir terasa sangat berat sekali. Maka dari itu, setibanya di rumah—karena sepanjang perjalanan 7,5 kilometer itu tidak ada satu pun bengkel tambal ban—saya isi tekanan angin ban depan menjadi 40/50. Suspensi jadi terasa lebih keras, tapi itu tidak apa-apa daripada nanti ban pecah karena tidak tahan menanggung beban yang dibawa.

01 Mei 2012

Menguji Kompresi


Beberapa orang yang akan membeli kendaraan (bekas), biasanya mengikat janji untuk mengecek kondisi mesin mobil yang akan dibelinya itu pada pagi hari. Mengapa? Di pagi hari, umumnya mesin belum dihidupkan, sekurang-kurangnya selama semalam. Dalam kondisi masih dingin, pengecekan tepat dilakukan untuk melihat “sehat”-tidaknya kondisi mesin. Bagaiamana keadaan mesin ketika akan di-start? Setelah itu, mesin (bensin) yang sehat dapat diuji dengan, salah satunya, mengecek kompresi. Mudahnya, kompresi mesin bensin yang bagus umumnya ditunjukkan dengan percikan air dari knalpot


Berbeda dengan mesin diesel yang relatif mengeluarkan asap, mesin bensin, seperti Colt T-120, tidak mengeluarkan asap. Kalau mesin dinyalakan di pagi hari ketika cuaca masih dingin, knalpot mobil akan mengeluarkan uap seperti asap. Ya, itulah hasil pengembunan dari tabung knalpot, tanda bahwa kompresi mesin masih sehat. Akan tetapi, jika asap itu berwarna putih (dan bukan lagi berkabut) serta tetap mengepul ketika mesin sudah dalam keadaan panas, maka itu merupakan tanda bahwa mesin sudah mengalami keausan pada per seker. Kompresi jelas berkurang dan oli tekor (berkurang).

Akan tetapi, knalpot yang sudah tidak bagus, seperti banyak titik bocor kecil, akan menyebabkan air tidak mudah keluar dari knalpot meskipun kondisi mesin masih bagus. Demikian pula, kalaupun knalpot baru dan kompresi bagus, namun stelan tidak pas, knalpot juga sulit memercikkan air.

Kesimpulan sementara, jika knalpot mesin bensin mengeluarkan air kira-kira 1-2 menit setelah dinyalakan pertama kali (pagi hari) maka dipastikan bahwa mesin tersebut sehat; stelan pas, knalpot bagus, per seker sehat. Akan tetapi, ini hanyalah pengetahuan saya dari hasil tanya-menanya. Bagaiamankah perngalaman Anda?

Ada pendapat dari rekan online saya, Tekno. Begini katanya: "percikan air di knalpot sewaktu pertama kali mesin menyala itu mungkin merupakan hasil kondensasi uap air yang terbentuk dari pembakaran yang (mungkin) sempurna. Dan (mungkin lagi) syarat pembakaran mesin yang sempurna memerlukan campuran bensin dan udara yang ideal, pengapian yg bagus, dan tekanan kompresi yang sesuai spek mesin." Namun, pembaca yang budiman, semua itu adalah pendapat. Anda juga bisa menambahkan pendapat Anda di sini. 

18 April 2012

Titip Parkir di Bengkel


Saya punya seorang kenalan bengkel mobil. Rumahnya di tepi jalan raya. Setiap kali saya pergi jauh dan sekiranya pulang tengah malam, saya sering menitipkan colt saya itu di sana.

Hari Jumat sampai Selasa pagi yang lalu, lagi-lagi saya pergi jauh dan menitipkan colt saya di situ. Akibatnya, masukalah SMS sejenis ini
“Rusak apanaya?” atau “Sudah selesai perbaikan colt-nya”. Nah, ternyata, titip parkir di bengkel sama arti dengan sedang memperbaikinya.

04 Maret 2012

Dinamo Starter dan Nostalgia


Lama sekali saya mengalami masalah dengan dinamo starter. Puncaknya, dinamo starter tidak bisa berfungsi lagi ketika masin dalam keadaan panas. Ini merupakan tanda bahwa dinamo starter “asli” milik Colt T 120 ini tidak dapat dipakai lagi. Setelah dibongkar, ternyata benar. Keadaan dinamo sudah penuh dengan solderan dan tampaknya sangat sulit diperbaiki. Akhirnya, saya putuskan untuk membeli yang baru saja. Akan tetapi, mencari suku cadang “asli” milik colt tentu minta ampun sulitnya. Sementara kalau saya harus mencari dinamo bekas di pasar loak, bisa jadi nanti tidak akan bertahan lama seperti yang sudah saya lakukan sebelumnya.

Sebelum mengganti dengan yang baru ini, dari seseorang saya mendapatkan info bahwa dinamo starter Toyota Hiace bisa dipasangkan pada colt. Namun, setelah saya minta pendapat, diperoleh kesimpulan bahwa sebaiknya saya membeli dinamo starter baru “untuk colt” saja, meskipun tidak “asli”, yakni dinamo starter yang menggunakan klaher dan gerigi 8. Dinamo bergerigi 8 ini akan menghasilkan putaran lebih cepat sehingga mesin bisa lebih cepat menyala.

“Berapa harga?”
“Rp.350.000!”
“Wow, kok mahal?” keluh saya.
Si “konsultan” itu menjawab, “Jangan tukar harga diri colt dengan Rp.350.000. Biar tua, sekali start sekiranya langusng nyala, cek-greng, gak usah pake uwek-uwek-uwek lebih dulu,” jawabnya sambil tertawa.

Betul apa yang dikatakannya. Sekarang, saat saya menyalakan dinamo starter, mesin akan langsung menjawab, langsung menyala, seperti starter pada Suzuki Carry yang terdengar gahar itu. Hanya saja, ada satu hal yang kini hilang. Ya, bunyi starter. Bunyi dinamo starter khas Colt T 120 yang mirip ringkikan kuda belia itu kini tidak dapat saya dengarkan lagi.

Terkadang, saya menyesal telah mengganti dinamo starter lawas dengan yang baru. Mengapa? Tak ada lagi alasan selain karena suara khas dinamo starter colt itu membawa kesan nostalgia. Betapa mahal harga nostalgia itu. Demi hal ini, nanti setelah saya punya uang, saya akan berusaha memperbaiki ulang dinamo starter yang rusak itu hingga ia benar-benar bisa digunakan kembali secara aman dan tahan panas. Sungguh, nostalgia tidak dapat tergantikan, juga tidak dapat dibeli.



26 Februari 2012

Cat Velg


Karena ada kesempatan untuk mengecat velg, akhirnya semua velg si Titos ini saya copot dan bodi colt diganjal kayu. Kelima velg saya bawa ke bengkel untuk selanjutnya dicat warna perak (silver), yaitu cat seperti warna semula. Namun, pak tukang cat mengajukan usul agar velg dicat coklat muda, sedikit lebih cokelat dari warna colt T-120 pickup (kuning abu). Kok bisa? Kata saya keheranan. Dia bilang, itu cat warna dasar. Dia juga menjelaskan bahwa cat dasar colt pada bagian-bagian yang tidak mungkin dicat biasanya berwarna cokelat muda.


Setengah percaya setengah tidak kepadanya, saya pasrah saja akhirnya. Saya pun ingat, bahwa usia dia lebih tua dari saya sehingga dia lebih mungkin ingat warna dasar itu daripada saya semasa dia masih muda. Ya, dia mengaku juga pernah punya colt di zaman awal tahun 80-an dulu.

Setelah velg dibakar untuk menggelontorkan sisa cat yang lama, lalu diamplas pada bagian yang kurang rata karena nanti akan dipakaikan ban tubelees, velg dicat dan maka beginilah hasilnya…




09 Februari 2012

Dempul



“Apa jadi yang ke Rubaru?”

“Tidak sekarang, colt masih didempul.”

“O, mogok, ya?”

“Bukan, cuma didempul bagian-bagian yang keropos.”

“Jadi tidak mogok, ya?”

“Ya, tidaklah. Dempul itu sama dengan facial kalau buat manusia”

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...