Pembaca

03 April 2019

Sejarah Mitsubishi Colt T120 (Delica)



Colt Gen-1, 1969, Wida Tri Bowo
Colt T120 adalah varian produk Mitsubishi yang angka penjualannya—di kala itu—terbilang fenomenal. Bagaimana tidak, kehadiran Colt mampu menggantikan posisi Opelet (yang kebanyakan berbasis Opel, Austin, Morris) yang ketika itu sudah menguasai pangsa pasar angkutan umum. Bahkan, karena kepopuleran Colt sebagai angkutan umum pada masa berikutnya, tak jarang sebutan “Colt” itu digunakan masyarakat sebagai metonimia daripada mobil ‘stesen’ (station wagon) atau angkutan umum itu sendiri. Salah satu buktinya, sampai hari ini pun kita dapat melihat jejaknya.

Masa produksi Colt hanya 12 tahun, sejak pertama kali diproduksi pada tahun 1968 (sebagian versi menyatakan 1969) dan berakhir di tahun 1980 (namun penjualan/pemakaian hingga tahun 1981). Nyatanya, fakta di lapangan, produk Jepang itu baru bisa tiba di Indonesia pada tahun 1969 dan mulai beredar di jalanan tanah air—secara umum—pada tahun 1970-1971. Kalaupun ada yang beredar di tahun pertama dan tahun kedua produksi, mungkin juga tidak banyak.

Colt Delica, built-up, funjapan.com
Generasi pertama si Kuda Nippon (colt = anak kuda) ini memiliki tampilan polos dan lugu jika dilihat sekarang, tapi dulu mungkin dinamis dan progresif. Ia menggunakan lampu mata bulat dengan cekungan ke dalam (berbeda dengan VW combi yang lampu bulat gandanya rata dengan plat). Gara-gara tampilan ini, Colt lantas masyhur disebut orang dengan sebutan “Bagong” (di Jawa) atau “Dolak” (di Jabar), dan mungkin ada istilah lain di daerah yang berbeda. Spion bercagak mirip tanduk tidak berubah sampai akhir produksi, hanya beda lengkungan saja. Generasi pertama ini, pada bagian bawah mukanya, tidak menggunakan gril, tapi sudah menggunakan lubang angin buka-tutup.

Adapun generasi pertama varian kedua dibukukan pada tahun 1971. Yang membedakannya adalah; lampu sein model rata beralur dan dibungkus gril sederhana, berbentuk memanjang (Masyarakat kita kadang menyebut “gril” dengan sebutan “kumis”). Adapun pada generasi pertama varian pertama, lampu seinnya lebih kecil dan menonjol, sedikit menyudut di kanan dan kiri pojok kabin. Perbedaan lainnya tidak kentara.

Di negeri asalnya, Colt disebut Delica (kependekan dari “delivery car”) dengan dua varian, pick-up dan station wagon. Namun, Delica station wagon (orang Indonesia menyebutnya stesen) yang diimpor utuh (CBU) ke Indonesia ketika itu jumlahnya tidak banyak. Di antara yang sedikit itu umumnya digunakan oleh BKKBN untuk kampanye KB keliling desa demi desa (juga digunakan kendaraan dinas Camat, bersanding dengan VW Safari, warnanya identik oranye). Namun, Colt yang digunakan Camat umumnya generasi kedua varian kedua alias edisi terakhir).

Delica CBU berbeda dengan kebanyakan Colt stesen yang ada di tanah air yang notabene merupakan hasil karya garapan pabrik karoseri yang dibangun dari sasis pick-up. Delica jenis ini menggunakan pintu geser di samping dan hatch-back di pintu belakang. Mekanik sliding (geser) dan engsel hatch-back-nya persis VW Combi. Kaca kabinnya tidak begitu lebar (juga mirip Combi). Sedangkan lampu stopnya memanjang ke bawah dan berada di pojokan (mirip Chevrolet Trooper/LUV), berbeda sama sekali dengan seluruh varian & generasi Colt T100 maupun T120. Namun, sejak turunnya Surat Keputusan nomor 25/74, tertanggal 22 Januari 1974, mobil CBU—menurut Arkadius Anggalih, tahun 1974, di BPKB Colt masih ada yang terbukukan sebagai CBU—jenis sedang dan station wagon dilarang masuk kecuali dalam wujud wajib CKD (Completely Knock Down). Sebab itulah, Colt Delica kadang disebut juga sebagai “Combi Jepang”. 

Colt milik Bambang Legowo di Jiexpo 2019
Generasi pertama Colt disebut Colt T (Colt T100), menggunakan mesin KE44 dengan isi silinder 1100cc (tepatnya 1,088 cc). Baru pada tahun 1971 (mungkin di pertengahan tahun), varian keduanya muncul dengan perubahan minor pada tampilan depan (gril dan lampu sein), namun ada perubahan prinsip pada mesin, yakni berganti tipe: 4G41 Neptune 86 yang berkapasitas 1378cc. Mesin Neptune adalah mesin Mitsubishi terakhir yang masih menggunakan teknologi OHV dengan blok mesin yang terbuat dari biji besi tuang (cast iron).

Kiranya, kehadiran Colt pick-up (“pikap” atau “bak terbuka”) inilah yang menjadi ladang pengembangan kreasi perusahaan-perusahaan karoseri di Indonesia untuk seterusnya dibentuk menjadi stesen. Adapun karoseri yang membidik pangsa pasar ini cukup banyak, di antaranya adalah: Internasional (yang paling populer, tapi sekarang perusahaannya sudah tidak ada), Podo Joyo, Adi Putro, Indonesia Jaya, Langgeng, ABC, New Armada, Raden, Dwi Bhakti, Tanaking, Sumber Mulya (Bandung), Darma Karya, Berlian Indah Motor, Morning Star (ketiganya di Jakarta). Karoseri Permorin, konon, pernah membuat stesen berbasis  Colt ‘Bagong’ (dan Minicab) dengan dua pintu geser (sliding).

Colt Double Cabin (Pak Broto) & Bagong Ijo (Pak Iman)

Beberapa bengkel karoseri mencoba kreasi dengan tidak hanya membuat bagian kaca samping dan belakang, melainkan “lebih berani”, yakni merombak bagian depan. Di antarana adalah dengan mengganti gril dengan milik Toyota Corona, berikut lampu kotaknya. Ada juga yang menggunakan lampu Mercy Tiger. Umumnya, pemakaian seperti ini sepaket dengan lampu belakangnya. 

Bagian eksterior Colt, terutama buritan, banyak mengadopsi lampu dan bemper Corona, Corolla, dan Honda Civic (yang sesuai dengan masanya, tahun 1978-1980). Karoseri Internasional, yang paling ngetop di kala itu, menggunakan lampu ekor milik Mazda 808, sampai-sampai ada orang yang beranggapan bahwa itulah lampu ‘asli’ dari Colt T120 stesen. Pelanggan karoseri Podojoyo dan Adiputro yang lampu ekornya minta dipasangi milik MercyTiger—di zaman itu—harus merogoh kocek Rp250.000 lagi karena harga suku cadang yang memang lebih mahal. 

Sementara pada bagian kaca samping dan belakang, ada yang menggunakan dua pilar, tapi yang umum satu saja, yakni pilar sekaligus penyangga pintu tengah. Bentuk kacanya melengkung meskipun ada juga yang menggunakan kaca datar. Adapun kaca belakang relatif sama, tapi ada juga yang menggunakan kaca depan. Jadi, kaca depan dan belakang sama persis.

Sedangkan interior generasi pertama dan generasi kedua Colt T120 relatif sama. Dasbor dan panel meter sewarna hitam dengan panel ganda bermodel bulat untuk spidometer dan kontrol  temperatur, bensin, cas batere/aki, dan oli. Pedal kopling dan rem model injak (mirip truk Mercedes-Benz 911 atau VW Kodok). Varian berikutnya ada perubahan pada panel, yakni berbentuk kotak ganda namun tetap berwarna hitam. 

Colt Pak De Budiono, a/n tangan pertama
Bagian eksterior juga berubah. Sejak tahun 1975, lampu Colt menggunakan empat lampu (tidak lagi menggunakan lampu bulat ganda).  Bemper depan menggunakan lampu fog berwarna kuning dengan dua varian (bergantung tahun): ada yang disematkan di balik bemper yang dibolongi; ada yang menggunakan bemper utuh dan posisi lampu fog ada di luar, dan ini model yang terakhir. Sementara lampu utama sudah menggunakan empat lampu, tapi pedal masih injak untuk pengeluaran hingga tahun 1974. Sesudah itu, Colt menggunakan pedal gantung hingga edisi terakhir, 1981.

Baru pada tahun 1978 ada perubahan lagi. Sejak tahun itu, generasi kedua varian kedua ini mengalami perubahan final hingga pemutusan rantai produksi di tahun 1981 dengan beberapa perubahan. Perubahan itu di antaranya adalah; lampu fog warna kuning dipasang di luar bemper; odometer berbentuk kotak ganda berwarna cokelat; tujuh digit angka pada odometer (enam angka untuk ratusan; satu angka untuk puluhan meter [untuk suku cadang asli menggunakan total enam digit untuk odometer dan tanpa buzzer alarm untuk kecepatan 80 km/jam]); pedal rem dan kopling menggunakan model gantung; ada penambahan pilar dan penambahan kaca segitiga.

Colt Pariwisata "Titosdupolo", milik saya :D 
Dengan produksi varian terakhir yang berakhir di tahun 1981 (tapi sebagian masih dipasarkan tahun 1981 dengan tahun produksi 1980, ketika Mitsubishi mulai menyiapkan L300 bensin), Colt T120 telah mengalami puncak penjualan yang fantastis, yaitu angka penjualan lebih dari 500.000 unit. Modelnya juga beragam, mulai dari stesen (untuk penumpang), pikap (untuk angkutan barang), krakap (untuk angkutan umum [model bak belakang masih utuh hanya dipasangi kursi hadap-hadapan atau dikosongkan untuk angkutan barang dengan penutup dari besi), serta kabin ganda atau double cabin (untuk angkutan orang sekaligus barang). Dengan kejayaan ini,  terutama pada penjualan model pikap-nya, wajar jika Mitsubishi punya slogan: “Yang terbesar untuk ‘truk kecil’ di jalan raya” atau “raja jalanan”.

Sekian dan terima kasih. Koreksi jika salah.
Esai saya yang lain tentang Colt, yang rada beda, klik di sini 

M. Faizi (admin blog)

Sumber:

1.      James Luhulima, Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri ini, Buku KOMPAS,  2012
2.      PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, Buku Petunjuk Bagi Pemilik Mitsubishi Colt T120, tanpa tahun
3.      http://wikipedia.com
5.      Wawancara dengan Bambang Legowo, Arkadius Anggalih, Wida Tri Bowo, Hertanto Wibowo, H. Fathor, dll.

6 komentar:

  1. (y) kereen Pak kiyai... tunggu edisi berikutny :D

    BalasHapus
  2. Mulai tertarik saya, Kyai Faizi!

    BalasHapus
  3. Sejarah Mobil Mitsubishi sudah lama juga ya malang melintang di dunia otomotif. Mitsubishi menghadirkan mobil saat ini juga keren keren seperti Xpander

    BalasHapus

Ke Sobih, Kampung Colt

Jika kata Sobih disebut di hadapan Anda yang domisili di Bangkalan, imajinasi yang mungkin muncul pertama kali adalah bubur, ya, Bubur Sobih...