Pembaca

28 Maret 2014

Tamu demi Colt


foto oleh Eko Nur H
Hari Rabu lalu, 26 Maret 2914, kira-kira pukul 10.30 pagi, saya kedatangan seorang teman, Eko Nur namanya. Dia asli Jogjakarta tetapi sekarang bekerja di Jakarta. Namun, ketika bertandang ke tempat saya di Guluk-Guluk (Sumenep), Eko Nur ini berangkat dari Surabaya bersama pamannya, Pak Wawan, juga istri dan mertua sang paman itu.

Sebelumnya, saya tidak kenal dengan Mas Eko ini. Kami bahkan tidak saling berteman di Facebook ataupun di jejaring sosial yang lain. Entah bagaimana ceritanya, Mas Eko mengantongi nomor ponsel saya. Sebetulnya, kami memang sudah terlibat saling-SMS. Begitu pula ketika hendak bertandang ke rumah, dia konfirmasi lewat SMS juga.

Satu hal yang saya herankan adalah tujuan Mas Eko ini ke mari. Ia datang semata-mata hanya untuk silaturrahmi. Setelah saya tanya ‘hedak ke mana setelah ini’, dia pun menjawab ‘kembali ke Surabaya’. Itulah mengapa saya anggap kunjungan ini unik dan istimewa karena hubungan ini diawali oleh kesamaan: Colt.

Setelah shalat Duhur, kira-kira pukul 13.14, Mas Eko dan Pak Wawan beserta rombongan kembali ke Surabaya. 


22 Maret 2014

Stang Delco


Dalam putaran tinggi, yakni ketika pedal gas diinjak dalam-dalam, saya lihat mesin tidak stabil, bergetar hebat. Ini pertanda mesin tidak sehat dan jelas tenaga yang dikeluarkannya akan berkurang. Kata seorang montir, ini diseababkan oleh arus dari coil yang tidak sempurna. Kemungkinannya, coil sudah tua dan tidak mampu lagi.

Namun demikian, saya tidak lantas percaya pendapat itu. Karena sebetulnya, mesin bergetar hebat itu bisa dikarenakan oleh hal-hal yang lain di luar pertimbangan kita sendiri. Buktinya, ketika suatu waktu saya mendapati oli tidak naik (ditunjukkan dengan lampu ‘oil’ yang tetap menyala ketika mesin sudah menyala), saya beranggapan bahwa pompa oli sudah aus atau filter oli tidak rapat. Ternyata, setelah dicek, hanya karena baut delco-nya saja yang longgar. Begitu dikencangkan, beres sudah masalahnya.

Dalam menghadapi masalah, terutama Colt, belakangan ini, saya tidak mudah panik dan salalu berhati-hati untuk mengambil ekskusi. Sebab, kalau sembarangan, salah diagnosa akan menyebankan ‘penyakit tidak sembuh’, dan juga onderdil yang terlanjur kita beli—terkadang—tidak dapat ditukar kembali alias percuma.

Dalam kasus di atas, ternyata, masalah ada pada stang delco yang sudah tidak lurus lagi. Ini rupanya penyebab getaran hebat mesin dalam putaran tinggi. Dugaan ini dikemukakan oleh montir yang lain (beda dengan pendapat yang pertama) dan ternyata benar adanya. Maka, setelah saya ganti stang delco dengan yang baru, selesailah masalah tersebut.

Ketika saya tanya kepada pak montir, kenapa stang delco yang tugasnya relatif ringan itu bisa ‘bengkok’? Menurutnya, hal ini disebabakan oleh cara pasang yang salah. Kata dia, ketika akan dipasang, stang memang sulit masuk. Beberapa orang terkadang menempuh ‘cara kekerasan’, yakni dengan memukul bagian atas stang itu dengan benda keras, seperti martil. Menurutnya, cara tersebut berbahaya. Lalu bagaimana? Cukup tekan stang itu kuat-kuat, nyalakan starter, dan stang delco akan masuk dengan sendirinya.

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...