“Sangat sedih dan turut kasihan…”

“Entah berapa kali berhenti (mogok), sampe' tidak terhitung,” kata Paman kepada saya setelah tiba di Madura. “Bahkan sempat sekali memacetkan pintu tol, sampe' pegutas tol ikut bantu mendorong mobil, ditepikan supaya tidak menghambat laju kendaraan mobil.”
Akar masalah dari semua ini sebetulnya sudah diketahui dari awal, sebelum berangkat. Masalahnya adalah pompa bensin yang tidak normal. Memang, beberapa kali, Colt saya mengalami kemacetan pompa bensin (membran) pada saat berhenti dari posisi berjalan namun hanya dalam kondisi mesin panas. Hal demikian sudah saya alami berkali-kali dan tetap saja saya tidak berusaha menggantinya dengan ‘rotax’ atau pompa bensin elektrik. Mengapa? Karena saya sudah triknya; yaitu tetap memainkan gas tinggi ketika berhenti sebentar atau memancing bensin (isi sediikit), cucur langsung ke karburator ketika kepalang berhenti lama dan mematikan bensin.
Masalah ini sudah saya sampaikan kepada beliau dan beliau tenang saja. Maklum, Paman Farhan sudah pegang Colt sejak lama sehingga dia tahu keluhan dan masalah yang biasa terjadi. Hanya saja, kala itu dia apes: lupa tidak membawa ‘rotax’ yang memang sudah dia siapakan untuk jaga-jaga. “Sangat lupa untuk membawanya, padahal sudah saya siapkan!” katanya seraya mengeluarkan asap rokok.
Sejak saat itu, saya pun mengganti pompa bensin manual bawaan Colt ke pompa elektrik, namun pompa membran tetap tepasang, siapa tahu suatu saat rotax mati mendadak. Namanya barang elektrik, biasanya suka matinya mendadak, beda dengan yang manual, biasanya memberi aba-aba lebih dulu kepada kita sebelum rusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar