Masalah berat yang selalu dikeluhkan oleh pemilik Colt adalah konsumsi BBM, apalagi seperti sekarang dengan harga premiun mencapai Rp8500 per liter. Konsumsi BBM Colt yang umumnya dipatok standar 1:10 km pun terasa berat. Oleh karena itu, harus dicarikan banyak siasat agar konsumsi BBM Colt lebih hemat.
Memang, menurut penuturan salah seorang pemilik Colt yang pernah membeli Colt dari baru (1972) dan masih digunakan sampai sekarang (2014), Colt itu memang tergolong boros, bahkan andaipun diganti karburator yang baru sekali pun; atau dengan mencangkok karburator milik Kijang Super, misalnya. Hematnya sih tak seberapa signifikan, bahkan nyaris tidak kentara. H. Fathor, orang yang saya maksud itu, menyatakan bahwa salah satu cara menghemat BBM adalah dengan cara “hemat dari kaki”, yakni dengan cara mengemudi: tidak menginjak gas terlalu dalam dan permainan kecepatannya berkisar 50-60 km./jam saja.
Cara hemat atau irit BBM yang lain dan pernah saya bahas di blog ini adalah dengan cara memperbaiki pengapian, yaitu dengan mengganti platina dengan CDI atau trigger CDI. Saya sudah menggunakannya selama beberapa tahun namun hingga kini tidak pernah mengukur efektivitasnya secara secara pasti, maksudnya dengan mengukur secara presisi.
Nah, beberapa waktu lalu, seorang bengkel lainnya, H. Hisyam namanya, mengajukan ide untuk menghemat BBM dengan cara “menakar konsumsi BBM secara pasti ke dalam/lewat spuyer”. Cara ini disebut dengan “pengaturan spuyer dari luar”. Terdengar aneh, bukan? Bagaimana mungkin kita dapat nyetel (mengatur) spuyer dari luar sementara spuyer itu ada di dalam? (Tenteng spuyer dan kombinasinya, saya juga pernah membahasnya di blog ini)
wadah oli bekas untuk tempat bensin |
pemandangan tutup tap oli yang dipasangi jarum pengatur spuyer |
pengatur spuyer tampak dari dekat |
Untuk mengujicobanya, saya menggunakan wahana bekas oli 1 literan sebagai tempat bensin. Dari situ, terhubung selang ke filter. Mengapa ke filter dan tidak langsung ke karburator? Memasukkan selang dari wadah oli bekas langsung ke karburator sangat mungkin akan menyebabkan masuknya kotoran, dan ini akan membuat masalah baru.
Adapun cara mencobanya adalah sebagai berikut:
Pertama. Saya nyalakan mesin dan saya tuang besin hingga garis paling atas (tanda 1 liter ) lalu mesin dijalanakan dalam berbagai medan.
1. pada jalan lurus di pagi hari, lalu lintas ramai, permainan perseneling 3 dan 4, satu botol habis untuk 10 kilometer.
2. diujicoba pada medan tanjakan dan turunan, bensin habis 1 : 9,6
3. diujicoba pada jalan datar tanpa rintangan, dengan perseneling nyaris rata pada gigi 4 dan kecepatan rata-rata hanya 50 km/jam, saya isi botol itu 1 liter dan ternyata, konsumsi BBM adalah 1:11 dan bahkan mendekati 1:12 (ketika saya sampai kembali di rumah, odometer menujukkan jarak perjalanan menunjukkna 11 kilometer persis namun masih tersisa bensin di botol itu)
FOTO-FOTO UJICOBA
kecepatan rata-rata 50 km / jam |
BERANGKAT: odo 949/5 = besin 1 liter penuh |
TIBA: odo 960/5 = bensin masih tersisa (tampak dalam gambar) |
CATATAN
sebetulnya, teknik pengaturan spuyer dari luar ini sudah alma saya gunakan, hanya baru hari ini saya mengukurnya secara pasti.
Saya perlu bagikan pula pengalamannya, bahwa dengan cara ini, tarikan mesin jelas kurang kontan, terutama setelah lepas gas dan hendak berakselerasi kembali. Kalau Anda tidak puas, Anda dapat langsung mengurangi kerapatan jarum itu (melonggarkannya) agar bensin lebih banyak yang dikonsumsi. Dengan cara ini, Anda tidak perlu membuka karburator untuk mengganti spuyer dan menggantinya dengan yang lebih kecil karena sekarang sudah bisa diatur dari luar.
Pengalaman saya, dengan menggunakan jarum spuyer seperti itu, mobil masih bisa digeber hingga 90/km per jam. Akan tetapi, untuk mencapai kecepatan seperti itu tentu jadi lebih lama dibandingkan sebelumnya.
Itulah pengalaman yang saya alami. Barangkali ini ada manfaat buat Anda. Namun, saya tidak menjamin pengalaman saya akan sama persis dengan pengalaman Anda mengingat banyak faktor lain yang saya pikir juga turut menetukan, misalnya seperti cara memainkan gas dan memindah perseneling, tekanan angin ban, kesehatan coil dan pengapian, busi, dll. Jika Anda tertarik, silakan mencoba. Salam.
FOTO DARI JARAK YANG LEBIH DEKAT:
saya sudah pernah ganti spuyer ukuran 160 dan hasilny irit..klu sekarang sy pk spuyer 150 ampe sekarang cuma bedanyaklu kecepatannya gak secara spontan tapi tetap kencang...
BalasHapussy mau nanya mas..sy sudah 2 x dalam 1 bulan ganti cdi kok bisa cepat rusak apa masalahnya mas...apa karna kabel untuk cdi sering kontak kah yg meyebbkan cdi rusak...apa hal lain...tolong gan solusinya.terima kasih..email sy andrea.putra50@ gmail.com
Masuk 1 banding berapa mas pake spuyer 150..masalahnya punya saya pake spuyer 210
HapusMasuk 1 banding berapa mas pake spuyer 150..masalahnya punya saya pake spuyer 210
Hapussudah saya balas pada email, mas andrea
BalasHapusAndrea: dikirim ke email tidak bisa, gagal. Ini saya pasang di sini saja.
BalasHapusMas Andre, kok heran rasanya bisa cepat sekali CDI itu rusak. Punya Mas Andre ini pake CDI trigger atau pake CDI langsung? (tanpa platina)?
Saya bukan ahli mesin dan ahli elektro, Mas. Saya hanya tahu berdasarkan pengalaman yang saya jalani saja. Saya pake CDI trigger buatan Pak Thamrin Jakarta, namanya CDI Flasah. Bisa jadi mungkin karena ada arus yang tidak stabil pada coil. Kata Pak Thamrin, biasanya kalau coil cepat panas (sdh mau mati) memang gak kuat sama CDI
@ Raden: terakhir dicoba 1:12, kemarin dicoba jalan jauh, kira-kira 250 km, kayaknya bisa lebih irit lagi. cuma ya itu, enggak bisa diinjak sembarangan, harus jalan pelan pelan dulu baru bisa ngebut kalau sudah di kecepatan tinggi
BalasHapusmantap luurrr...👍👍
BalasHapusmakasssih
Hapus