Pembaca

03 September 2023

Dikira Dekat, Ternyata Jauh

Hari ini saya pergi ke rumah Kiai Badri. Saya datang untuk menghadiri undangan beliau, menyambut calon besan yang datangnya dari omben, sampang. Adapun acaranya adalah acara pertunangan putranya, Mahas, dengan putra Kiai Fathor, Nuril.

Saya berangkat dari rumah selepas shalat duhur. Perjalanan molor karena jalan penuh sesak. Sulit sekali menjalankan lebih dari 50 km / jam. Entah kenapa kok lalu lintas sangat ramai tadi siang. Akhirnya, berangkat dari dusun saya Sabajarin (Guluk-Guluk, Sumenep, saya tiba di Jarin (Larangan Tokol, Pamekasan) pukul 13.25. jarak 37 km ditempuh nyaris satu jam setengah. Oh, lelah.

Selepas acara, pukul 16.00, saya pulang, tapi ada paman dan bibi serta mertua yang menumpang. Lanjutlah saya ke Giring, kecamatan Manding, dan tiba pukul 18.00 di sana. Setelah shalat maghrib, saya langsung putar balik, pulang, karena ada acara undangan tahlil atas kewafatan H. Rofiq, teman kecil saya yang wafat 100 hari yang lalu.

Bersyukur karena ternyata saya masih bisa nututi acara meskipun sebetulnya sudah pesimis. Tak terasa, tubuh kok terasa lelah. Iseng-iseng saya hitung, ternyata jarak tempuh saya dari siang sampai isya ke dua tempat hingga tiba kembali di rumah adalah 132 kilometer. Setelah saya hitung  dengan jarak lurus, eh, ternyata sama dengan perjalanan dari rumah saya ke pintu jembatan Suramadu, pantas saja cepek. Wira-wiri jarak dekat tak terasa jauh, tapi tetap terasa capek.




2 komentar:

  1. jangan-jangan titosepon jughen merasakan hal sè sama, yi?

    BalasHapus
  2. lerres kyai, kadang yang jauh jughen terasa dekat.

    BalasHapus

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...