Pembaca

12 April 2021

Anjangsana ke Colt-Mania Station Jabodetabek-Banten

foto milik Sonny 
Cikupa, 10 April 2021

Saya terkadang merasa repot jika ada yang tanya ‘ke Jakarta untuk apa?’.  Sekarang masa pandemi, mepet puasa pula.  Ini pertanyaan penting. Tapi, yang rasanya harus dibuatkan podcast adalah pertanyaan yang lain:  ‘mengapa Anda tidak menggunaan WhatsApp?’ Sebab, pertanyaan ini yang paling banyak dan paling mengusik.

Okelah, itu agenda mendatang. Sekarang, saya jawab pertanyaan yang sesuai topik: untuk apa saya ke Jakarta.

 

Sebetulnya, rencana awal ke Jakarta, terus ke Cikupa, itu sejak lama. Awalnya, saya kira Cikupa itu Jakarta, ternyata Tangerang dan Tangerang bukan Jakarta meskipun oleh sebagian orang disebut Jakarta. Apakah posisinya sama dengan Wonogiri yang disebut Solo oleh orang Wonogiri di perantauan sebagaimana orang Pematang Siantar—sekadar menyebut contoh—m enyebut dirinya dari Medan jika ada di Jawa? Saya tidak tahu adakah hubungan, tapi rasanya yang ini beda kasusnya. 


Salah satu (karena ada tujuan yang lain yang tidak perlu ditulis di sini) tujuan saya melakukan perjalanan ke Cikupa adalah mengunjungi Pak Bambang. Anggap saja ini laga tandang sebab beliau sudah berkunjung ke rumah saya di Madura, akhir Desember tahun lalu, bersama rombongan Colt Mania Banten, COP Bandung dan Tasik, COBRA Blitar, MRMC Malang, dll (video bisa dilihat di sini dan sini dan juga yang ini). Supaya dapat dua atau lebih keuntungan sekaligus, saya pun nawaitu menjajal armada “27 Trans” yang lain naik daun. Ini perusahaan otobis asal Malang yang mula menerapkan armada pariwisata dan belajar menjalal trayek jauh ke Jakarta, Ciawi, dan Poris. Saya mencoba kelas presiden bis ini dari Surabaya, sejenis kasta super ekskutif bagi Lorena Karina dan banyak PO lain, atau bigtop menurut versi PO Raya.


Di Tangerang, saya tiba Sabtu pagi, 10 April 2021, langsung menuju tempat si penjemput, Yasir, si perantau Madura yang bukan kelontong di daerah Ciserah. Tak sengaja, pagi itu, Pak Bambang juga ke sana, memperbaiki radiator, di seberang RM Gumarang, Jalan Serang, Km 10, Bitung, yang notabene tak jauh dari tempat saya menuju. Maka, kami pun janji ketemuan di sana, agak siang, sekitar pukul 10.00.

 


Dari situ, saya diajak Pak Bambang pulang ke rumah beliau di Cikupa, lanjut ke workshopnya, Bengkel Ginerva, di Balajara. Pak Bambang pasang radiator yang baru diperbaiki itu di bengkelnya. Saya nunggu beliau bekerja sambil lihat-lihat bengkel hingga datanglah Mas Sonny, sore-sore. Tanya demi tanya, ternyata Pak Bambang ngundang kawan-kawan Colt di seputaran Jabodetabek-Banten untuk kopi darat di rumah Pak Broto, malam harinya.

 

Wah, saya merasa tersanjung, tidak diduga.

 

Kami bertolak dari Balajara menggunakan Colt double cabinnya Pak Broto. Wah, akhirnya kesampaian juga saya naik mobil yang memperolah berbagai penghargaan kontes ini.  Malam itu, kami bermalam mingguan di rumah Pak Broto yang konon menjadi semacam stanplat bagi komunitas penggemar Colt di area Jakarta dan Banten: Colt Mania Station.

 

Kami ngobrol gayeng di situ, tidak jelas apa yang diomongkan, ngobrol ke sana ke mari, tidak sekadar tentang Colt, tapi lebih dari itu, yakni persahabatan. Saya yakin, komunitas yang tidak didasari persahabatan maka besar kemungkinan akan makan hati para anggotanya karena adanya banyak kepentingan. Semoga komunitas yang ini tidak demikian, begitu saya berharap.

 

Selain Mas Sonny yang datang bareng saya dan Pak Bambang, hadir pula di tempat itu; Mas Makmur dari Parung,  Pak Iwah dan Pak Iman, Abah Enjat Muhtahi dan Mas Reza Sonny, serta beberapa rekan Pak Broto yang tidak saya kenal.  Ada pula kawan saya dari Cikeas, Mas Wachyu dan istrinya, Icha, juga putranya, Hanan. Mereka datang dari Cikeas sekadar ingin bertegur sapa.

 

“Jauh, Mas, Sampeyan datang ke mari,” kata saya.

“Masih jauhan kalau kami ke Madura,” katanya yang tentu saja saya iyakan.

 

Acara ngobrol akhirnya bubar setelah satu per satu merasa pulang, entah panggilan istri atau panggilan pekerjaan atau karena panggilan bantal. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Sungguh, ini adalah sebuah kesempatan langka bagi saya yang patut disyukuri:  bertemu dengan teman-teman satu komunitas, pada masa pandemi pula, di tempat yang sangat jauh, bahkan menjelang puasa.  


3 komentar:

  1. Blognya bagus Mas berbagi pengalaman tentang Colt. Tapi maaf sayang tampilannya gak responsive.. coba templatenya diutak atik biar responsive ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, saya cuma buat sekali dan diutak atik sekali saja, he he. kalau pakai ponsel kayaknya memang begitu. Ini saya biasa pakai komputer jadi kurang tahu. Coba mau saya pelajari

      Hapus

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...