Rute X |
Sambil menunggu rombongan yang datang, saya ngecek mobil:
minyak rem, minyak gardan, tekanan angin, dan radiator. Setelah dipastikan
beres, baru saya istirahat. “Semoga tidak ada masalah pada dinamo lagi,” kata
saya dalam hati, seperti yang saya alami tempo hari waktu pertama kali ke Bali,
23 Desember 2019 yang lalu.
Keluarga Zaini & Mawaddah, tuan rumah kami |
Memasuki Taman Nasional Bali Barat yang jaraknya kurang
lebih 25 kilometer, saya tambah kecepatan mobil. Kendaraan roda empat sangat
jarang kalau malam, apalagi roda dua. Roda tiga nyaris tak dijumpa. Angkutan
umum sudah rehat, dan baru beroperasi lagi menjelang tengah malam, sekitar
pukul 11. kata orang setempat begitu. Jalan yang bagus, baik materi aspal
maupun pemandangan, sangat menopang kenyamanan dalam mengemudi.
Pulangnya, kami masuk kapal KMP Nusa Makmur. Laut tenang
kala itu. Mobil tidak banyak, sama seperti ketika berangkat. Hanya ada sekitar
kurang dari selusin mobil di dalam kapal dan entah berapa sepeda motor.
Meskipun setiba di Arjasa nanti kami sedianya masih mau
main ke Muqit di Opelan, tapi kami diuntungkan karena dalam perjalanan ke barat, kita dapat surplus
waktu 1 jam, dari WITA ke WIB, berkebalikan dengan ketika berangkat. Jadilah,
perjalanan dari Ketapang ke Desa Lamongan di kecamatan Arjasa Situbondo yang
secara jarak sama dengan dari Gilimanuk ke Seririt, kami tempuh
secepat-cepatnya dan dalam waktu sesingkat singkatnya. Ca’dong yang bawa dan
saya istrihat saja di sisi kirinya.
Tiba di kediaman bibinda Azizah di Desa Lamongan,
kira-kira 400 meter di sebelah barat pertigaan jalan akses ke PTP Nusantara
XII Kayumas, jam menunjukkan pukul
22.22.
“Sudah tidur?”
“Belum,” jawab Muqit, “masih banyak tamu, barusan ada
selamatan umroh Aba dan saya,” lanjutnya di ponsel.
“Baik, saya ke situ.”
Kami bertamu, ketemu sama Muqit dan Opang. Dua anak ini
masih sangat muda, sama-sama bujangan, sama-sama santri Al-Anwar, Sarang.
Mestinya, saya bertamu sama Kiai Qusyai, tapi beliau masih banyak tamu. Eh,
tiba-tiba beliau masuk ke dalam rumah, sebentar, lalu keluar dan menemui saya
sebelum kembali menemui tamu-tamu. Hamdalah, ada kesempatan untuk ngobrol
meskipun sebentar. Per-tamu-an akhirnya bubar dan saya pulang pukul 01.35
menuju PP Is'aful Mubtadiin, Lamongan (jangan salah, ini nama desa, bukan nama Kabupaten).
.
RABU, 12 Pebruari 2020
PP Sukorejo, pagi hari |
Rencana semula, saya memang diminta bibinda untuk
menerima tamu calon besan dari Madura. Saya siap datang bersama keluarga, tapi
karena jadwal kunjungan tiba-tiba berubah tanpa sepengetahuan saya, maka saya
pun minta maaf, tidak bisa hadir di tempat pada waktu acara, yakni Rabu siang
(semula dijadwalkan Rabu pagi). Jadinya, kehadiran kami diwakili oleh istri dan
ipar perempuan saya karena siang itu saya terjadwal untuk menghadiri diskusi
buku “Merusak Bumi dari Meja Makan” di Universitas Nurul Jadid (Paiton) dan
malamnya ngisi pelatihan esai di Pondok Pesantren Sidogiri.
UNUJA |
Ngaji Hadis Kepada Kiai Zuhri |
Ruang Rehat PP Sidogiri |
Untungnya, saya yang sudah istrihat di ruang tamu (yang
dulunya dipersiapkan pondok untuk pengajar dari Mesir) bisa langsung genjok ke
Madura. Kini, dia yang duduk di kiri dan saya di belakang kemudi, apalagi dia
mengaku bete karena dari tadi sendirian saja, ditemani radio, sedangkan
penumpang sudah mode lelap semua.
Santri-Santri Sidogiri |
Saya isi bensin di SPBU lepas Suramadu: kangen premium,
di Jawa jarang bertemu. Hingga kami tiba di Pasar Tanah Merah, salat di masjid
besarnya, An-Namirah, ketika orang-orang sudah datang ke pasar meskipun jam
belum tepat menunjuk pukul 5 pagi.
Ini hari Kamis pagi. Jadwal saya mengajar Taklimul
Mutaallim andai ada di rumah. Maka, agar tetap berlangsung, dengan heroik, saya
bacakan kitab itu di mobil dengan sambungan telepon yang di rumah dipasangkau
ke sistem tata suara. Sementara itu, Ca’dong kembali mengemudi. Perjalanan
lancar, ngaji juga lancar.
Kami tiba di rumah mejelang pukul 9 pagi. Tapi, mohon
tanya berapa habis bahan bakar, sudah bukan waktunya lagi. Selamat dan lancar
sampai di tujuan adalah yang utama dalam perjalanan, bukan seberapa banyak
(apalagi seberapa irit) bensin yang dipakai.
___________
juga untuk mereka yang telah kami singgahi
Silaturahmi ke Tijani
Takziyah ke PP Badridduja
Ziarah ke Nurul Jadid (K Maltuf dan K Hefni)
Silaturahmi ke Umamah dan Arif
Hadir di Haul K Sufyan
Silaturahmi ke K Sibawaih
Main ke Zaini & Mawaddah di Bali
Silaturahmi ke K Qusyai & Muqit
Silaturahmi ke Nyai Azizah dan K Zaini
Rihlah ilmiah ke UNUJA
Rihlah ilmiah ke PP Sidogiri
Ca'dong |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar