Pembaca

15 Februari 2022

Keunggulan dan Kelemahan Menggunakan Kipas Radiator Elektrik


dinamo tidak center, agak tidak kena puli
Mobil saya menggunakan kipas pendingin raditor elektrik. Yang dicangkok adalah kipas milik Suzuki Karimun. Kenapa pilih ini? Karena bentuknya paling pipih, paling ramping, dan paling gratis (he, he, he). Harga bekas di pasaran sekitar 600-700. Barunya di atas satu juta lebih sedikit. Punya Pak Joko pakai punya Camry, bentuknya mirip, sama-sama tipis.

 

Keunggulan kipas ini jelas akan mengurangi beban mesin meskipun entah seberapa kian persennya. Beban mesin berkurang karena puli-nya tidak lagi terbebani oleh baling-baling yang mengangkut angin. Jika pagi hari, kita bisa berjalan sampai 4 kilometer dan kipas elektrik belum sempat menyala juga (itu kalau Anda tidak pakai thermostat). Jadi, bunyi mesin semakin halus, tidak berisik. 

modul penetas telur untuk menghidupkan relay ke kipas
Keunggulan lainnya adalah; saya telah melepas kipas tambahan atau extra fan—yang sebelumnya dipasang di depan radiator untuk jaga-jaga dalam memberikan bantuan pendinginan buat radiator mana tahu ada kemacetan panjang dan kita ingin menyalakan AC (saya pakai AC). Kipas elektrik ternyata cukup mengatasi dalam keadaan idle. Dan inilah tujuan utama dari pemasangan kipas elektrik ini. Catatan: Tapi, ini berlaku di (kemacetan) di Madura saja, tapi saya kurang yakin kalau kemacetannya ala di Jakarta yang secara auranya sangat panas: aspalnya panas, udaranya panas, dan orang-orangnya juga mudah panas.

Adapun kelemahannya; temperatur mesin akan naik secara signifikan (bahkan hingga nyaris 90 derajat; jarumnya nyaris mencapai setengah pada Colt) jika kita injak gas secara stabil dalam kecepatan 90 km / jam selama beberapa menit, anggaplah selama 10 menit. Situasi ini akan merepotkan jika kita sering bepergian jauh dan melewati jalan tol. Kok bisa? Karena RPM mesin sangat tinggi sementara RPM kipas tetap segitu saja, beda dengan kipas bawaan Colt yang akan berputar cepat sesuai putaran RPM mesin.

Untuk mengatur pada suhu berapa kipas harus menyala, kita bisa atur pada modul yang aslinya buat penetas telur (inkubator). Bahkan, kita bisa nyetel sambil berjalan. Kalau pakai sensor panas yang biasanya dipasang di dekat thermostar, biasanya pilihannya cuman ada dua: menyala pada suhu 76,6 derajat atau 82 derat. Kalau yang ini, dan harganya cuman 60 ribu, bisa dinyalakan bahkan sejak 50 derajat (tapi tentu buat apa menyalakan kipas di suhu seperti itu?


Untuk sementara, saya masih bertahan menggunakan kipas elektrik. Alasannya; karena saya tidak terbiasa ngebut di atas 100 km / jam (rata-rata 60-70 di jalan arteri; atau 80-90 di jalan tol). Tapi, saya pun jarang lewat jalan tol panjang (kecuali ke Jakarta tempo hari dan atau ke Jogja. Tapi, bosan juga, sih, kalau terus-terusan seperti ini. Saya harus cari cara yang lain lagi.

 

kipas kondensor pakai Avanza

 

Langkah terakhir, saya menggeser plat nomor yang sebelumnya sedikit menutupi gril bumper depan. Saya juga memasang bilah karet (yang biasa buat ngepel lantai itu) di bawah labrang depan. Fungsinya adalah untuk menangkap angin yang datang dari arah depan agar bisa langsung nyembur ke radiator.

Dengan cara ini, ternyata masalah berhasil diatasi. Catatan: Saya belum mencobanya dalam kecepatan tinggi (100 km/jam) yang konstan dan lama, hingga satu jam, misalnya.


Yang perlu diingat, karena kipas kondensor AC saya menggunakan punya Avanza (strumnya lumayan besar) dan kipas radiatornya menggunakan punya Karimun (juga besar), maka benarlah ia memang meringankan beban mesin, tapi di sisi lainnya memberi beban tambahan pada dinamo ampere. Sementara dinamo ampere saya pakai punya Carry (atau mungkin Zebra, dah lupa). Supply-nya jelas kurang kalau kita gunakan pada malam hari. Nah, untuk menyiasatinya, kita harus pakai lampu LED karena lampu pijar itu benar-benar sangat boros dan sangat menyedot daya. Tapi, ya, itu, lampu LED juga punya kelemahan di bidang penerangan pada musim hujan, bahkan yang warnanya kuning sekalipun, tetap tak seberfungsi lampu pijar.


Itulah beberapa kekurangan dan keunggulan perangkat yang dipasang pada Colt dan menggunakan perangkat pabrik di luar Mitsubishi. Silakan Anda pilih yang sesuai dengan selera Anda.

2 komentar:

  1. Saya pilih yang orian saja pak, soalnya colt t sy cuma jadi penghuni garasi keluar paling seminggu 2x itupun jarak dekat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik, itu sudah sesuai dengan pilihan dan peruntukan yang tepat

      (admin)

      Hapus

Takziyah ke Wongsorejo

KAMIS, 2 NOVEMBER 2023  subuhan di Tanjung, Paiton  Rencana dan pelaksanaan perjalanan ke Wongsorejo, Banyuwangi, terbilang mendadak. Saya...